MOTIVASI PERILAKU MENYIMPANG PADA KELOMPOK PENGGEMAR MOTOR SKUTER
Abstract
Dalam penelitian ini, penulis mengangkat rumusan masalah motivasi apakah
yang menyebabkan perilaku menyimpang pada kelompok scooterist? Untuk
menjawab pertanyaan tersebut penulis menggunakan metode pengumpulan data
dengan cara observasi non partisipan, wawancara dan dokumentasi. Data-data yang
terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif. Tujuan penulis dalam
penelitian ini adalah untuk mengkaji motivasi apakah yang menyebabkan perilaku
menyimpang pada kelompok scooterist. Harapan penulis dalam penelitian ini adalah
dapat menjadi bahan kajian ilmu pengetahuan secara teoritis maupun praktek tentang
penyimpangan sosial serta mengenal permasalahan yang ada berikut dengan
penyelesaiannya. Penulis juga berharap penelitian ini juga dapat menjadi bahan
evaluasi bagi kelompok-kelompok scooterist supaya mengetahui masalah yang
dihadapi dan cara penyelesaiannya baik secara individu maupun kelompok. Selain itu
juga dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pembuat peraturan dan masyarakat luas
pada umumnya untuk menyikapi komunitas Vespa sebagai bagian dari masyarakat
yang tidak terpisahkan. Penulis berharap dari hasil penelitian ini, juga dapat
digunakan sebagai acuan penelitian berikutnya pada waktu yang akan datang.
Penulis dalam penelitiannya mengambil lokasi di kelompok Black Scooter
Rider (BSR) Jember dengan alasan bahwa pada kelompok tersebut memiliki anggota
yang sebagai besar anggotanya melakukan perilaku menyimpang sesuai dengan
kriteria yang ditentukan oleh penulis yaitu; menggembelkan diri, mabuk di pinggir
jalan dan pelanggaran tata aturan lalu lintas. Dalam menentukan informan, penulis
menggunakan teknik purposive sampling yaitu penentuan sumber data pada orang
yang diwawancara atau dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Penulis
dalam mencari data menggunakan 5 (lima) informan pokok dan 2 (dua) informan
sekunder.Hasil penelitian ini menemukan fakta bahwa motivasi perilaku menyimpang
pada kelompok scooterist dibedakan menjadi dua yaitu motivasi internal dan
eksternal. Motivasi internal untuk menggembelkan diri dalam penelitian ini adalah
rasa malas, pelampiasan rasa kecewa dan keinginan untuk dipuji orang lain.
Sedangkan untuk mabuk di pinggir jalan adalah untuk mencari suasana lain. Dan
untuk pelanggaran tata aturan lalu lintas dikarenakan rasa malas untuk mengurusi
surat-suratnya.
Motivasi internal dari perilaku menyimpang pada kelompok scooterist dalam
perilaku menyimpang menggembelkan diri. Ada 3 (tiga) motivasi internal, yang
pertama rasa malas. Rasa malas dalam penelitian ini, dapat ditemukan bahwa
kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari membuat scooterist
jarang mandi. Selain itu pengalaman dalam berkendara saat touring membuat
scooterist merasa betah dengan kebiasaan hidup kotor. Yang ke-dua adalah
pelampiasan rasa kecewa. Maksudnya adalah mereka tidak senang dengan perbedaan
status sosial yang ada dalam masyarakat dan menunjukkan perlawanan terhadap
penindasan yang ditujukan kepada kaum yang lemah. Yang ke-tiga adalah untuk
dipuji orang lain. Penampilan gembel mereka tunjukkan kepada orang lain supaya
orang lain dapat melihatnya sebagai sesuatu hal yang beda.
Sedangkan motivasi internal perilaku menyimpang kelompok scooterist
dalam perilaku menyimpang mabuk di pinggir jalan adalah mencari suasana lain.
Mereka yang rata-rata suka minum minuman keras, lebih suka memilih untuk mabuk
di pinggir jalan dengan maksud mencari suasana baru yang lebih menyenangkan.
Dan motivasi internal perilaku menyimpang kelompok scooterist dalam
perilaku menyimpang pelanggaran tata aturan lalu lintas adalah rasa malas mengurusi
surat kendaraannya. Perasaan malas mengurusi ini dikarenakan ketidaksenangannya
terhadap proses birokrasi dan memang tidak ada niatan untuk mengurus perpanjangan
surat-surat kendaraannya.
Motivasi eksternal perilaku menyimpang pada kelompok scooterist dalam
bentuk menggembelkan diri adalah karena pengaruh dari lingkungan kelompok. Sedangkan untuk mabuk di pinggir jalan adalah rasa solidaritas. Dan untuk
pelanggaran tata aturan lalu lintas adalah masalah ekonomi, longgarnya peraturan,
surat-surat kendaraan yang hilang dan kendaraan yang sudah rongsok.
Motivasi eksternal perilaku menyimpang pada kelompok scooterist dalam
perilaku menyimpang menggembelkan diri. Yaitu pengaruh dari kelompok.
Kelompok yang telah memiliki suatu identitas yang kuat membuat seseorang yang
ingin bergabung di dalamnya harus menyesuaikan hal tersebut. Hal tersebut terjadi
karena seseorang tersebut dapat diterima oleh kelompok sebagai bagian dari
kelompok tersebut.
Sedangkan motivasi eksternal perilaku menyimpang kelompok scooterist
dalam perilaku menyimpang mabuk di pinggir jalan adalah penciptaan rasa
solidaritas. Kebiasaan yang mereka lakukan menjadi suatu budaya kelompok yang
tetap dipertahankan. Budaya tersebut menjadi sebuah mediasi kelompok untuk
menjalin rasa solidaritas, kebersamaan dan menjaga hubungan baik sesama anggota
klub.
Dan motivasi eksternal perilaku menyimpang pada kelompok scooterist dalam
perilaku menyimpang pelanggaran tata aturan lalu lintas ada 4 (empat). Yang pertama
adalah masalah ekonomi. Kendaraan mereka yang sudah beberapa tahun tidak
diperpanjang surat-suratnya akan menambah besar biaya yang akan dikeluarkan.
Yang ke-dua adalah longgarnya peraturan. Penegakan hukum pada tata aturan lalu
lintas belum dilaksanakan secara tegas oleh pihak yang bewenang, yaitu pihak
Kepolisian Satuan Lalu Lintas. Yang ke-tiga adalah surat-surat yang hilang.
Kendaraan yang sering berpindah-pindah tangan dalam hal kepemilikan membuat
surat-surat dokumen-nya memiliki kemungkinan besar akan hilang. Yang ke-empat
adalah kendaraan yang sudah rongsok. Berbagai modifikasi nyeleneh yang dilakukan
oleh scooterist menjadi salah satu sebab mereka tidak mengurusi surat-surat
kendaraannya.