ANALISA STABILITAS LERENG DAERAH RAWAN LONGSOR MENGGUNAKAN SOFTWARE MW SINMAP (Studi Kasus Kecamatan Silo, Kabupaten Jember)
Abstract
Bencana tanah longsor seringkali terjadi akibat adanya pergerakan tanah pada
kondisi daerah lereng yang curam, serta tingkat kelembapan (moisture) tinggi,
tumbuhan jarang (lahan terbuka), dan material kurang kompak. Tanah longsor
terakhir yang terjadi di Kecamatan Silo yang berada di hilir Sungai Mayang juga
memberikan dampak yang cukup parah pada kecamatan lain yang berada di berada di
bagian hilir sungai tersebut antara lain, Mayang, Jenggawah, Ambulu dan Tempurejo.
Kemungkinan tanah longsor ini terjadi akibat curah hujan yang sangat tinggi terjadi
di bagian hulu Sungai Mayang sehingga lereng gunung dan tanah tidak mampu
menahan jumlah kadar air yang meningkat akibat curah hujan yang turun. MW
SINMAP merupakan software berbasis sistem informasi geografis yang digunakan
untuk mengidentifikasi wilayah rawan longsor dengan melihat struktur kestabilan
lereng suatu wilayah dan juga mampu menerjemahkan tingkat kelembapan tanahnya.
Pembagian kelas indeks stabilitas pada tiap daerah rawan longsor dapat
mempermudah dalam mengetahui tingkat kestabilan tanah wilayah yang rentan
terhadap bahaya longsor sehingga dapat diantisipasi jika terjadi curah hujan yang
tinggi ataupun adanya tanda-tanda akan terjadinya kelongsoran.
Dalam penelitian ini data-data yang berupa data hidrologi, data geoteknik,
data longsor yang pernah terjadi, dan data DEM Kecamatan Silo diolah hingga
mendapatkan parameter data sebagai input data software MW Sinmap diantaranya
parameter kohesi (C), data curah hujan (R), transmisivitas tanah (T), gaya geser (θ),
kedalaman solum (h), dan konduktivitas tanah (Ks). Parameter-parameter tersebut
vii
nantinya diolah menggunakan software MW Sinmap hingga menghasilkan data
indeks stabilitas wilayah Kecamatan Silo, Kabupaten Jember.
Dari hasil running program software MW Sinmap dihasilkan bahwa
menginformasikan bahwa sebagian besar titik-titik longsor pada Kecamatan Silo
berada pada zona batas indeks stabilitas antara 0 – 0,5 dan 0,5 – 1 merupakan wilayah
tidak stabil zona longsor batas bawah dan batas atas. Output tabel indeks stabilitas
mengindikasikan bahwa 39,538% pada area penelitian berada pada zona stabil yaitu
27,562% pada kondisi stabil, 5,19% pada kondisi agak stabil, dan 6,786% pada
kondisi kurang stabil. Sedangkan 60,461% berada pada zona tidak stabil. Zona tidak
stabil batas bawah mendominasi sekitar 36,819% atau 94,854 km² dan 18,534% atau
47,747 km² untuk zona tidak stabil batas atas.
Collections
- UT-Faculty of Engineering [4096]