PENGARUH PENAMBAHAN SURFAKTAN TWEEN 80 TERHADAP SIFAT MUTU FISIK STABILITAS MIKROEMULSI KETOPROFEN
Abstract
Ketoprofen merupakan nonsteroidal anti inflammatory drug (NSAID)
yang kuat, tidak selektif siklooksigenase 2 (COX2) dan praktis tidak larut dalam
air. Obat ini biasanya digunakan untuk pengobatan gangguan muskuloskeletal
seperti osteoarthritis dan rheumatoid arthritis. Efek samping ketoprofen per oral
adalah pada gastrointestinal (GIT) dengan keluhan seperti mual dan dispepsia.
Pada beberapa tahun terakhir ini, mikroemulsi menjadi perhatian besar
yang telah digunakan secara luas, khususnya transdermal. Penghantaran obat
secara transdermal merupakan suatu sistem yang menghantarkan obat melewati
kulit menuju sirkulasi sistemik dengan kecepatan yang terkontrol. Pemberian obat
secara transdermal dapat menghindari first pass metabolism serta mencegah iritasi
pada saluran cerna dan diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan pasien. Jadi,
mikroemulsi dapat digunakan untuk rute alternatif selain per oral dan diharapkan
mampu mengatasi kelemahan dari ketoprofen.
Mikroemulsi tersusun atas air, minyak, dan surfaktan, serta merupakan
salah satu bentuk sediaan yang bisa diberikan secara transdermal. Kelebihan dari
sediaan mikroemulsi dengan penghantaran transdermal, adalah kontak
mikroemulsi dengan kulit lebih lama, bahan-bahan tambahan dapat disesuaikan
sesuai dengan target obat, karena surfaktan dan kosurfaktan dapat dengan mudah
disesuaikan dalam mikroemulsi sehingga dapat mengurangi barrier difusi stratum
corneum yang berperan sebagai enhancer.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Basheer et al., (2013), pembuatan
mikroemulsi dapat menggunakan kombinasi antara surfaktan dan kosurfaktan,
sehingga dalam penelitian ini dilakukan pembuatan mikroemulsi ketoprofen
dengan menggunakan kombinasi antara surfaktan tween 80 dan kosurfaktan
ix
etanol 96%. Pada penelitian ini formula yang dibuat ditambahkan surfaktan tween
80 yang semakin meningkat. Peningkatan tween 80 pada formula mikroemulsi
ketoprofen diuji mutu dan stabilitas fisik (viskositas dan pH) sediaan.
Data hasil pengujian stabilitas sediaan mikroemulsi ketoprofen dengan
metode heating-cooling cycle dilakukan pengujian paired t-test dan didapatkan
bahwa viskositas F1 dan F2 menunjukkan hasil yang berbeda bermakna dengan
nilai signifikansi sebesar 0,020 dan 0,023 (p<0,025) dan nilai signifikansi F3
sebesar 0,057 (p>0,025) yang berarti tidak terdapat perbedaan bermakna. Pada F3
hasil pengujian viskositas sediaan mikroemulsi ketoprofen terlalu tinggi dan tidak
sesuai dengan karakteristik viskositas mikroemulsi meskipun secara statistik tidak
terdapat perbedaan bermakna. Hasil pengujian pH didapatkan bahwa F1 dan F2
mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,453 dan 0,027 (p>0,025) yang berarti
tidak terdapat perbedaan bermakna, sedangkan pada F3 didapatkan nilai
signifikansi sebesar 0,003 (p<0,025) yang menunjukkan adanya perbedaan
bermakna.
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa mikroemulsi ketoprofen yang
paling stabil adalah F1 dengan konsentrasi tween 80 sebanyak 21%. Pada F1 nilai
viskositas sediaan mikroemulsi setelah pengujian stabilitas yaitu 0,83 dPa.s
dengan nilai pH 4,37. Mikroemulsi ketoprofen yang dihasilkan berwarna kuning,
berbau khas tween 80 dan jernih. Rata-rata ukuran partikel mikroemulsi
ketoprofen yaitu 22,7 nm, nilai zeta potensial sebesar -0,1 mV, indeks
polidispersitas mikroemulsi sebesar 0,488, dan bentuk droplet mendekati sferis.
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1469]