MODEL PROBLEM BASED LEARNING DISERTAI MEDIA AUDIOVISUAL PADA PEMBELAJARAN IPA (FISIKA) DI SMP
Abstract
Permasalahan pada bidang studi IPA terutama bidang fisika yang sering muncul
yakni kurangnya kemampuan siswa dalam memahami konsep fisika. Fakta di
lapangan, berdasarkan hasil penelitian program PISA (2012), yaitu studi yang
memfokuskan pada prestasi literasi, matematika dan sains menyatakan bahwa
Indonesia menduduki peringkat 64 dari 65 negara partisipan. Hasil tersebut dapat
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kurang optimalnya pembelajaran di
sekolah seperti penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat atau kebiasaan
pembelajaran yang masih menitikberatkan pada guru, dan bukan pada aktivitas siswa.
Oleh karena itu, pemilihan model pembelajaran dalam pembelajaran IPA khusunya
bidang fisika haruslah dilatarbelakangi oleh suatu faktor yang kontekstual dan
dilandaskan aktivitas siswa, bukan aktivitas guru sehingga keterampilan-keterampilan
belajar siswa diharapkan akan meningkat. Salah satu model pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik IPA bidang fisika adalah model problem based learning (PBL)
disertai media audiovisual.
Tujuan pada penelitian ini adalah: 1) mendeskripsikan keterampilan proses
siswa ketika diterapkan model problem based learning disertai media audiovisual, 2)
mengkaji perbedaan antara hasil belajar IPA (fisika) siswa menggunakan model
problem based learning disertai media audiovisual dan model pembelajaran yang
biasa digunakan di SMP.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang dilaksanakan di salah satu
SMP di Kabupaten Jember. Adapun sebelum pemilihan sampel dilakukan uji
homogenitas, dan penentuan sampel menggunakan metode cluster random sampling.
Desain penelitian menggunakan pretest-posttest control group dengan metode
pengumpulan data meliputi observasi, wawancara, tes, dokumentasi, dan portofolio.
Sumber data berasal dari penilaian oleh peneliti, penilaian oleh observer, pre-test
serta post-test. Adapun teknik analisa data menggunakan teknik deskriptif dan uji t
berbantuan software SPSS 16.
Hasil wawancara pra penelitian menunjukan model yang biasa digunakan di
sekolah adalah model pembelajaran kooperatif. Hasil analisis keterampilan proses
siswa diperolah data dengan rata-rata capaian 3,26 pada kriteria “baik”. Adapun
untuk hasil belajar aspek afektif, berdasarkan uji statistik diperoleh thitung = 1,930, jika
dibandingkan pada ttabel = 2,000 maka nilai thitung < t0,05(72), maka Ha ditolak, sehingga nilai rata-rata hasil belajar (afektif) IPA (fisika) kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berbeda secara signifikan. Adapun untuk hasil belajar aspek kognitif produk,
berdasarkan uji statistik diperoleh thitung = 5,485, jika dibandingkan pada ttabel = 2,000
maka nilai thitung > t0,05(72), maka Ha diterima, sehingga nilai rata-rata hasil belajar
(kognitif produk) IPA (fisika) kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda secara
signifikan. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran problem based learning disertai media audiovisual cocok diterapkan
pada pembelajaran IPA bidang fisika terutama untuk hasil belajar aspek kognitif
produk. Hal itu dikarenakan siswa merasa tertarik untuk mengikuti pembelajaran
dengan suka rela. Ketertarikan siswa dalam mengikuti pembelajaran membuat
suasana pembelajaran menjadi lebih santai dan tidak menekan siswa sehingga siswa
akan lebih memahami materi pembelajaran.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah: 1) keterampilan proses siswa ketika
diterapkan model problem based learning disertai media audiovisual berada pada
kriteria baik yakni dengan capaian nilai 3,26, dan 2) tidak ada perbedaan yang
signifikan untuk hasil belajar siswa aspek afektif dan ada perbedaan yang signifikan
untuk hasil belajar siswa aspek kognitif produk pada bidang studi IPA (Fisika) antara
penggunaan model problem based learning disertai media audiovisual dengan model
pembelajaran kooperatif.