ANALISIS PEMANFAATAN MATERIAL GUMUK DI KECAMATAN PAKUSARI KABUPATEN JEMBER SEBAGAI BAHAN PERKERASAN JALAN
Abstract
Jember merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang memiliki banyak bukit-bukit kecil yang disebut gumuk oleh masyarakat. Menurut sumber yang ada, terbentuknya gumuk diakibatkan oleh letusan Gunung Raung di masa lampau. Keberadaan gumuk di Jember hampir tersebar merata di seluruh wilayahnya. Ketinggian gumuk bervariasi mulai dari < 10 meter hingga > 50 meter. Melihat volume gumuk yang ada, material gumuk di Kecamatan Pakusari sangat potensial untuk dimanfaatkan, khususnya untuk material perkerasan jalan. Karena selama ini pemanfaatan material gumuk hanya sebagai tanah urug, dan batu gumuk hanya digunakan untuk pondasi rumah tinggal. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui mutu tanah gumuk di Jember khususnya Kecamatan Pakusari apakah memenuhi persyaratan dan bisa menjadi pilihan alternatif untuk digunakan sebagai bahan lapis pondasi jalan.
Penelitian ini dilakukan dalam 2 tahapan percobaan laboratorium secara berkesinambungan. Yang pertama adalah uji pendahuluan yang berupa pengujian gradasi agregat, indeks propertis tanah, dan atterberg limit untuk mengetahui sifat dasar dan karakteristik tanah. Yang kedua adalah sifat mekanis yang berupa pemadatan, CBR, dan abrasi agregat kasar dengan mesin Los Angeles. Spesifikasi teknis lapis pondasi agregat mengacu kepada Departemen Pekerjaan Umum (2006). Penelitian dilakukan di Laboratorium Geologi dan Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Jember. Lokasi dari 3 gumuk yang diteliti masing-masing 2 sampel di Desa Kertosari dan 1 sampel di Desa Pakusari. Pemilihan gumuk didasarkan pada volume gumuk yang memungkinkan untuk diteliti dan juga akses yang mudah untuk dilewati.
Dari uji pendahuluan yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa material dari 3 gumuk di Pakusari tidak memenuhi persyaratan gradasi dan indeks plastisitas untuk digunakan sebagai bahan lapis pondasi agregat. Rata-rata material dari 3 gumuk Pakusari memiliki kecenderungan agregat halus lebih banyak dari agregat kasar. Dari hasil analisis saringan menunjukkan bahwa terlalu banyak agregat kasar yang lolos pada ukuran saringan 9,5 mm – 75 mm. Untuk nilai indeks plastisitas rata-rata hasil dari pengujian didapatkan nilai 6%.
Karena pada uji pendahuluan didapatkan hasil bahwa ketiga sampel gumuk tidak memenuhi persyaratan, maka selanjutnya akan dilakukan pencampuran material antar gumuk untuk mendapatkan proporsi campuran yang sesuai dengan persyaratan lapis pondasi agregat. Metode yang digunakan dalam pencampuran adalah metode analitis dan trial blend atau coba-coba. Kombinasi campuran yang dipakai adalah Pakusari 1 + Pakusari 2, Pakusari 1 + Pakusari 3, dan Pakusari 2 + Pakusari 3. Setelah dilakukan analisis perhitungan campuran, tetap tidak didapatkan campuran agregat yang sesuai dengan persyaratan gradasi lapis pondasi agregat karena agregat kasar yang cenderung lebih sedikit daripada agregat halus. Maka pengujian selanjutnya yaitu sifat mekanis tanah tetap dilakukan untuk mengetahui kemampuan tanah jika mendapat pengaruh-pengaruh tertentu dari luar.
Dari uji pemadatan, didapatkan nilai MDD (Maximum Dry Density) yang selanjutnya dipergunakan dalam uji CBR (California Bearing Ratio). Rata-rata nilai hasil uji CBR dari ketiga kombinasi campuran sampel adalah < 35%, sehingga tidak ada satupun sampel campuran yang memenuhi persyaratan nilai CBR lapis pondasi agregat. Untuk uji abrasi agregat kasar, nilai hasil uji rata-rata adalah 30%. Mengacu pada persyaratan nilai abrasi agregat kasar lapis pondasi agregat maka ketiga sampel campuran termasuk ke dalam Kelas A, B, maupun C.
Kesimpulan peneliti adalah ketiga material tanah asli gumuk maupun tanah campuran tidak dapat digunakan sebagai bahan lapis pondasi agregat, baik kelas A, B, dan C karena tidak memenuhi beberapa persyaratan lapis pondasi agregat. Untuk mendapatkan agregat yang memenuhi persyaratan dibutuhkan campuran agregat dari luar.
Collections
- UT-Faculty of Engineering [4096]