PEMETAAN DAERAH POTENSI PEMASOK BANJIR BERDASARKAN LAJU INFILTRASI DAN INTENSITAS HUJAN DI SUB DAS TENGGARANG KABUPATEN BONDOWOSO
Abstract
Sub DAS Tenggarang merupakan bagian dari DAS Sampean Baru yang berada di
Kabupaten Bondowoso. Terletak di bagian hulu membuat Sub DAS Tenggarang termasuk
daerah yang subur dengan nilai produktifitas yang cukup tinggi. Namun kondisi yang
demikian tidak diimbangi dengan kualitas sumber daya manusia yang baik. Terbukti dengan
adanya penjarahan hutan dengan dalih kepentingan pribadi. Semakin luas lahan yang gundul
akan semakin mengurangi kemampuan tanah dalam menahan air hujan sehingga akan
menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan dan masyarakat seperti banjir. Oleh karena itu
sebelum melakukan penanganan terkait adanya banjir perlu diketahui daerah yang
berpengaruh terhadap terjadinya banjir, salah satunya daerah yang berpotensi memasok banjir
berdasarkan hasil perhitungan laju infiltrasi dan intensitas hujan di Sub DAS Tenggarang.
Sebagai tahapan awal dilakukan pengamatan parameter infiltrasi di lapangan
menggunakan double ring infiltrometer. Lokasi pengamatan ditentukan berdasarkan jenis
tanah, tata guna lahan, dan kemiringan lereng. Hasil pengamatan parameter infiltrasi
kemudian dilakukan perhitungan laju infiltrasi menggunakan Metode Horton. Sedangkan
intensitas hujan yang merupakan salah satu parameter yang digunakan dalam penelitian ini
adalah merupakan banyaknya curah hujan per satuan waktu tertentu. Data hujan yang
digunakan menganalisis hujan rancangan menggunakan pencatatan data hujan selama 20
tahun. Berdasarkan faktor-faktor tersebut kemudian dicari daerah mana saja yang berpotensi
sebagai pemasok banjir menggunakan aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG). Langkah
langkah yang dilakukan untuk mengidentifikasi daerah potensi pemasok banjir dengan SIG
ini meliputi: (1) interpolasi hasil perhitungan laju infiltrasi menggunakan interpolasi Inverse
Distance Weighting (IDW) untuk mengetahui daerah yang memiliki nilai laju infiltrasi yang
sama sesuai klasifikasi yang diberikan oleh US Soil Conservation; (2) interpolasi hasil
perhitungan intensitas hujan menggunakan interpolasi IDW sesuai klasifikasi yang diberikan oleh Wiharta, et al (1997); (3) overlay peta laju infiltrasi dan intensitas hujan untuk
mengetahui daerah yang berpotensi sebagai pemasok banjir, apabila nilai intensitas hujan
lebih tinggi daripada nilai laju infiltrasi maka daerah tersebut dikatakan berpotensi, begitu
pula sebaliknya.
Hasil identifikasi daerah potensi pemasok banjir ini berguna untuk acuan sebagai
dasar pelaksanaan konservasi terkait lingkungan di Sub DAS Tenggarang. Ada beberapa hal
yang menyebabkan suatu daerah dapat berpotensi memasok banjir yaitu antara lain 1)
ketidaksesuaian penggunaan lahan terhadap jenis tanah dan kemiringan lereng menyebabkan
tanah tidak dapat menyerap air secara maksimal sehingga menghasilkan limpasan
permukaan; 2) Kemiringan lereng yang curam membuat limpasan permukaan dengan cepat
masuk ke sungai yang menyebabkan debit sungai meningkat dan mengalir deras ke daerah
yang lebih rendah sebagai pasokan banjir. Sehingga penelitian ini bermanfaat untuk
menentukan daerah mana saja yang mendapat prioritas untuk adanya tindakan pencegahan.
Adapun tindakan yang bisa dilakukan yaitu penanaman kembali hutan sehingga nilai infiltrasi
yang dihasilkan diharapkan lebih besar dari sebelumnya.
Collections
- UT-Faculty of Engineering [4096]