Show simple item record

dc.contributor.advisorRahmawati, Iis
dc.contributor.advisorDewi, Ns. Erti Ikhtiarini
dc.contributor.authorAnggraeni, Ratna Lauranita
dc.date.accessioned2015-12-08T03:24:20Z
dc.date.available2015-12-08T03:24:20Z
dc.date.issued2015-12-08
dc.identifier.nim112310101029
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/67120
dc.description.abstractAutis diartikan sebagai salah satu gangguan pada anak yang ditandai munculnya gangguan keterlambatan dalam bidang kognitif, komunikasi, perilakunya dan interaksi sosial. Interaksi sosial dapat diartikan sebagai salah satu bentuk hubungan antar individu dengan lingkungannya, terutama lingkungan psikisnya. Anak autis yang mengalami gangguan interaksi sosial nantinya akan cenderung menutup diri, dan mengalami kebingungan untuk menghubungkan banyak kejadian, orang, tempat, suara dan penampakan serta sulit untuk menjalin persahabatan dengan orang lain sampai usia dewasa. Mengatasi masalah interaksi sosial yang dialami anak autis, peran orang tua sebagai keluarga dari anak autis sangat penting untuk mencegah peningkatan gangguan yang terjadi, baik gangguan komunikasi juga interaksi sosial pada anak autis. Terdapat alasan untuk meyakini bahwa pendidikan yang diberikan oleh orang tua lebih bermanfaat bagi anak dibandingkan dengan terapi medis lain yang diberikan baik oleh tenaga kesehatan maupun rumah sakit. Orang tua mampu hadir dalam setiap situasi yang berbeda sehingga dapat membantu anak dalam menerapkan secara umum manfaat yang mereka peroleh. Pentingnya peran orang tua ini juga harus diimbangi dengan pengetahuan yang cukup. Terdapat beberapa cara untuk meningkatkan kemampuan orang tua dalam upayanya merawat dan memenuhi kebutuhan anak autis. Disamping melalui pendidikan kesehatan, upaya peningkatan kemampuan kesehatan keluarga dalam hal ini orang tua dapat dilakukan terapi keluarga dalam bentuk psikoedukasi keluarga. Terapi psikoedukasi keluarga ini memiliki beberapa jenis terapi lagi di dalamnya yaitu terapi kelompok (terapeutik, suportif), psikodrama, terapi keluarga, dan terapi lingkungan. Terapi kelompok terapeutik merupakan salah satu jenis dari terapi kelompok yang memberi kesempatan kepada anggotanya untuk saling berbagi pengalaman, saling membantu satu dengan lainnya, untuk menemukan cara menyelesaikan masalah dan mengantisipasi masalah yang akan dihadapi dengan mengajarkan cara yang efektif untuk mengendalikan stres. Peningkatan kemampuan keluarga dalam hal ini orang tua anak autis dapat dilakukan melalui Terapi Kelompok Teraputik (TKT) yang berdasarkan lebih sedikit teori. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh Terapi Kelompok Terapeutik terhadap kemampuan orang tua dalam menstimulasi perkembangan interaksi sosial anak autis di SLB – B dan Autis TPA Bintoro Kabupaten Jember. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre eksperimental dengan rancangan pretest – posttest design. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 21 orang dengan menggunakan total sampling. Sampel akhir dalam penelitian sejumlah 15 orang. Data analisis dengan uji tatistik wilcoxon match pair test untuk mengetahui perbedaan kemampuan menstimulasi interaksi sosial sebelum dan setelah perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan kemampuan kognitif dan psikomotor dari responden setelah diberikan perlakuan terapi kelompok terapeutik. Kemampuan kognitif sebelum perlakuan pada kategori cukup yaitu 11 responden (78,6%) dan pada kategori baik 3 responden (21,4%), kemudian setelah diberikan perlakuan naik menjadi 11 orang responden (78,6%) dengan kategori baik dan 3 orang responden (21,4%) dengan kategori cukup. Kemampuan psikomotor sebelum perlakuan dengan kategori kurang yaitu 2 responden (14,3%), kategori cukup 11 responden (78,6%), dan kategori baik 1 responden (7,1%). Setelah diberikan perlakuan naik menjadi tidak ada responden dengan kategori kemampuan kurang, 10 responden (71,4%) dengan kategori cukup, dan 4 responden (28,6%) dengan kategori baik. Berdasarkan hasil uji wilcoxon match pair test, diperoleh hasil bahwa p value (0,005) < α (0,05) untuk kemampuan kognitif, sedangkan untuk kemampuan psikomotor didapatkan p value (0,025) < α (0,05). Hasil penelitian menyimpulkan bahwa ada pengaruh terapi kelompok terapeutik terhadap kemampuan orang tua dalam menstimulasi interaksi sosial anak autis di SLB – B & Autis TPA Bintoro Kabupaten Jember. Peningkatan kemampuan orang tua selain dari terapi kelompok terapeutik yang diberikan juga karena adanya dukungan dari pihak SLB dengan mengadakan konsultasi dengan tenaga psikolog, sebagai sarana penambahan wawasan orang tua dari anak autis, namun selama dilakukan terapi kelompok terapeutik kegiatan konsultasi dengan psikolog tidak dilakukan sama sekali. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa ada pengaruh terapi kelompok terapeutik terhadap kemampuan orang tua dalam menstimulasi interaksi sosial anak autis di SLB – B & Autis TPA Bintoro Kabupaten Jember, sehingga diharapkan terapi kelompok terapeutik dapat dimasukkan dalam agenda pertemuan rutin orang tua anak autis, dan guru atau pihak SLB selaku penanggung jawabnya.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectTerapi Kelompok Terapeutiken_US
dc.subjectMenstimulasi Perkembangan Interaksi Sosial Anak Autis Di SLB – B Dan Autisen_US
dc.titlePENGARUH TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK TERHADAP KEMAMPUAN ORANG TUA DALAM MENSTIMULASI PERKEMBANGAN INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTIS DI SLB – B DAN AUTIS TPA BINTORO KABUPATEN JEMBERen_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record