dc.description.abstract | Autis diartikan sebagai salah satu gangguan pada anak yang ditandai
munculnya gangguan keterlambatan dalam bidang kognitif, komunikasi,
perilakunya dan interaksi sosial. Interaksi sosial dapat diartikan sebagai salah satu
bentuk hubungan antar individu dengan lingkungannya, terutama lingkungan
psikisnya. Anak autis yang mengalami gangguan interaksi sosial nantinya akan
cenderung menutup diri, dan mengalami kebingungan untuk menghubungkan
banyak kejadian, orang, tempat, suara dan penampakan serta sulit untuk menjalin
persahabatan dengan orang lain sampai usia dewasa. Mengatasi masalah interaksi
sosial yang dialami anak autis, peran orang tua sebagai keluarga dari anak autis
sangat penting untuk mencegah peningkatan gangguan yang terjadi, baik
gangguan komunikasi juga interaksi sosial pada anak autis. Terdapat alasan untuk
meyakini bahwa pendidikan yang diberikan oleh orang tua lebih bermanfaat bagi
anak dibandingkan dengan terapi medis lain yang diberikan baik oleh tenaga
kesehatan maupun rumah sakit. Orang tua mampu hadir dalam setiap situasi yang
berbeda sehingga dapat membantu anak dalam menerapkan secara umum manfaat
yang mereka peroleh.
Pentingnya peran orang tua ini juga harus diimbangi dengan pengetahuan
yang cukup. Terdapat beberapa cara untuk meningkatkan kemampuan orang tua
dalam upayanya merawat dan memenuhi kebutuhan anak autis. Disamping
melalui pendidikan kesehatan, upaya peningkatan kemampuan kesehatan keluarga
dalam hal ini orang tua dapat dilakukan terapi keluarga dalam bentuk
psikoedukasi keluarga. Terapi psikoedukasi keluarga ini memiliki beberapa jenis
terapi lagi di dalamnya yaitu terapi kelompok (terapeutik, suportif), psikodrama,
terapi keluarga, dan terapi lingkungan.
Terapi kelompok terapeutik merupakan salah satu jenis dari terapi
kelompok yang memberi kesempatan kepada anggotanya untuk saling berbagi
pengalaman, saling membantu satu dengan lainnya, untuk menemukan cara
menyelesaikan masalah dan mengantisipasi masalah yang akan dihadapi dengan
mengajarkan cara yang efektif untuk mengendalikan stres. Peningkatan
kemampuan keluarga dalam hal ini orang tua anak autis dapat dilakukan melalui
Terapi Kelompok Teraputik (TKT) yang berdasarkan lebih sedikit teori.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh Terapi Kelompok
Terapeutik terhadap kemampuan orang tua dalam menstimulasi perkembangan
interaksi sosial anak autis di SLB – B dan Autis TPA Bintoro Kabupaten Jember.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre eksperimental
dengan rancangan pretest – posttest design. Populasi dalam penelitian ini
berjumlah 21 orang dengan menggunakan total sampling. Sampel akhir dalam
penelitian sejumlah 15 orang. Data analisis dengan uji tatistik wilcoxon match
pair test untuk mengetahui perbedaan kemampuan menstimulasi interaksi sosial
sebelum dan setelah perlakuan.
Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan kemampuan kognitif
dan psikomotor dari responden setelah diberikan perlakuan terapi kelompok
terapeutik. Kemampuan kognitif sebelum perlakuan pada kategori cukup yaitu 11
responden (78,6%) dan pada kategori baik 3 responden (21,4%), kemudian setelah
diberikan perlakuan naik menjadi 11 orang responden (78,6%) dengan kategori
baik dan 3 orang responden (21,4%) dengan kategori cukup. Kemampuan
psikomotor sebelum perlakuan dengan kategori kurang yaitu 2 responden
(14,3%), kategori cukup 11 responden (78,6%), dan kategori baik 1 responden
(7,1%). Setelah diberikan perlakuan naik menjadi tidak ada responden dengan
kategori kemampuan kurang, 10 responden (71,4%) dengan kategori cukup, dan 4
responden (28,6%) dengan kategori baik. Berdasarkan hasil uji wilcoxon match
pair test, diperoleh hasil bahwa p value (0,005) < α (0,05) untuk kemampuan
kognitif, sedangkan untuk kemampuan psikomotor didapatkan p value (0,025) <
α (0,05). Hasil penelitian menyimpulkan bahwa ada pengaruh terapi kelompok
terapeutik terhadap kemampuan orang tua dalam menstimulasi interaksi sosial
anak autis di SLB – B & Autis TPA Bintoro Kabupaten Jember.
Peningkatan kemampuan orang tua selain dari terapi kelompok terapeutik
yang diberikan juga karena adanya dukungan dari pihak SLB dengan mengadakan
konsultasi dengan tenaga psikolog, sebagai sarana penambahan wawasan orang
tua dari anak autis, namun selama dilakukan terapi kelompok terapeutik kegiatan
konsultasi dengan psikolog tidak dilakukan sama sekali. Hasil penelitian
menyimpulkan bahwa ada pengaruh terapi kelompok terapeutik terhadap
kemampuan orang tua dalam menstimulasi interaksi sosial anak autis di SLB – B
& Autis TPA Bintoro Kabupaten Jember, sehingga diharapkan terapi kelompok
terapeutik dapat dimasukkan dalam agenda pertemuan rutin orang tua anak autis,
dan guru atau pihak SLB selaku penanggung jawabnya. | en_US |