HUBUNGAN PELAKSANAAN FUNGSI AFEKTIF KELUARGA DENGAN TINGKAT HARGA DIRI KLIEN KUSTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANGGUL DAN SUMBERBARU KABUPATEN JEMBER
Abstract
Hubungan Pelaksanaan Fungsi Afektif Keluarga dengan Tingkat Harga diri Klien Kusta di Wilayah Kerja Puskesmas Tanggul dan Sumberbaru Kabupaten Jember;Ayesie Natasa Zulka;112310101032;2015;158 halaman;Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember.
Kusta adalah penyakit menular kronis yang diakibatkan oleh bakteri Mycobacterium Leprae. Kabupaten Jember termasuk ke dalam 16 kabupaten di Jawa timur yang memiliki angka kejadian kusta diatas 1/10.000 penduduk. Dampak kustaPada aspek psikologis muncul perasaan kecewa, takut, dan duka yang mendalam terhadap keadaan dirinya, tidak percaya diri, malu, merasa diri tidak berharga dan berguna dan kekhawatiran akan dikucilkan (self stigma) (Depkes, 2015). Beberapa dampak psikologis yang ditimbulkan menunjukkan klien kusta mengalami gangguan harga diri rendah. Keluarga merupakan penyedia sumber-sumber penting dalam pemberian pelayanan kesehatan maupun keperawatan bagi individu sendiri maupun individu lain dalam keluarga. Salah satu fungsi keluarga adalah fungsi afektif. Fungsi afektif yang dimiliki keluarga sebagai sumber kasih sayang dan reinforcement sehingga keluarga membentuk suatu iklim yang positif bagi anggota keluarga di dalamnya.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di wilayah kerja Puskesmas Sumberbaru didapatkan data bahwa jumlah klien kusta hingga Februari 2015 di wilayah tersebut sebanyak 18 orang dengan tipe kusta MB. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada 2 klien kusta di wilayah kerja sumberbaru didapatkan bahwa mereka cenderung menyembunyikan kondisi mereka karena merasa malu dan takut dijauhi oleh orang disekitar. Hal ini juga didukung dengan pernyataan keluarga klien yang melarang klien keluar rumah sejak mengalami penyakit kusta
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pelaksanaan fungsi afektif keluarga dengan tingkat harga diri klien kusta di Wilayah Kerja Puskesmas Tanggul dan Sumberbaru Kabupaten Jember. Desain penelitian menggunakan teknik observational analitik dengan pendekatan cross sectional.
xi
Populasi yang digunaka adalah 18 klien kusta di wilayah kerja puskesmas sumberbaru dan 16 klien kusta di wilayah kerja puskesmas Tanggul. Sampel yang digunakan 32 responden dengan 2 responden drop out. Tempat pengambilan data dilakukan di wilayah kerja puskesmas Tanggul dan Sumberbaru dengan menggunakan instrument penelitian yaitu kuesioner. Uji validitas dan reliabilitas menggunakan pearson product moment dan Alpha cronbach.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Rata-rata nilai pelaksanaan fungsi afektif keluarga responden pada klien kusta di dua wilayah kerja puskesmas Tanggul dan Puskesmas Sumberbaru Kabupaten Jember adalah 79,19. Sebanyak 53,1 %responden melaksanakan fungsi afektif keluarga. Sebanyak 65,6% responden memiliki tingkat harga diri tinggi. Rata-rata nilai gambaran diri klien kusta di wilayah kerja puskesmas Tanggul dan puskesmas Sumberbaru adalah sebanyak 16 responden (50%) memiliki gambaran diri positif dan 16 responden (50%) memiliki gambaran diri negatif
Hasil uji statistik menggunakan spearman rank didapatkan hasil p 0,911>0,05 dengan korelasi koefisien 0,201.sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pelaksanaan fungsi afektif keluarga dengan tingkat harga diri klien kusta di Wilayah Kerja Puskesmas Tanggul dan Sumberbaru Kabupaten Jember dengan keeratan hubungan sangat lemah. Tingkat harga diri klien kusta tidak hanya ditentukan oleh pelaksanaan fungsi afektif keluarga tetapi juga berbagai faktor lain. Hal-hal yang dapat meningkatkan harga diri seseorang menurut Coopersmith (1967) diantaranya adalah Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada klien kusta menunjukkan sebagian besar klien kusta menunjukkan keberhasilan dalam berinteraksi dengan lingkungannya keberhasilan yang diperoleh selama dirinya berinteraksi dengan lingkungan. Selain itu sebagian besar responden memiliki gambaran diri yang positif yang dapat menukung tingkat harga diri. Pencegahan lebih lanjut tidak hanya dilakukan pada klien kusta yang memiliki tingkat harga dii tinggi tetapi juga tingkat harga diri yang rendah serta memotivasi keluarga untuk memaksimalkan peran dan fungsi afektifnya.
Collections
- UT-Faculty of Nursing [1529]