dc.description.abstract | Pada tahun 2005 Cina telah melaksanakan latihan militer gabungan
perdana dengan Rusia. Latihan bertajuk perang antiterror tersebut sangat erat
dengan upaya modernisasi dalam militer Cina. Modernisasi militer tersebut
merupakan respon dari ancaman–ancaman yang berpotensi mengganggu
stabilitas keamanan Cina yakni berupa ancaman separatisme dan militer negara
lain. Ancaman–ancaman tersebut jika tidak diawasi dan diantisipasi maka akan
menggangu upaya Cina dalam melaksanakan program Heping Yu Fazhan
(Pembangunan Cina Damai). Hingga pada tahun 2012 sudah dilaksanakan
sembilan latihan militer gabungan antara Cina dengan Rusia, dua diantaranya
mengangkat isu maritim.
Penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif untuk
meneliti kepentingan Cina dalam latihan militer gabungan dengan Rusia. Aplikasi
metode tersebut menuntut penulis untuk dapat menganalisis data dengan
penjelasan deduktif dan dengan hasil yang kualitatif dengan menekankan kepada
intrepetasi. Landasan konseptual yang digunakan adalah konsep Perimbangan
Kekuatan (Balance of Power), Keamanan Nasional (National Security) dan
Latihan Militer Bersama (Joint Military Operations) untuk menganalisis
kepentingan Cina dalam latihan militer gabungan bersama dengan Rusia.
Penelitian menemukan ada dua kepentingan yang ingin diraih Cina dalam
latihan militer gabungan dengan Rusia. Kepentingan pertama adalah keinginan
Cina untuk meningkatkan skill pasukannya dalam menghadapi ancaman internal
dan eksternal. Peningkatan skill tersebut mencakup dalam pengalaman perang
pasukan dan keterampilan dalam menggunakan peralatan perang modern.
Sedangkan kepentingan kedua adalah, keinginan untuk mencapai perimbangan
postur dengan militer Amerika Serikat di kawasan Laut Cina Timur. | en_US |