Show simple item record

dc.contributor.advisorSusanto
dc.contributor.advisorKristiana, Arika Indah
dc.contributor.authorRahmawati, Kiki Dewi
dc.date.accessioned2015-12-07T02:37:02Z
dc.date.available2015-12-07T02:37:02Z
dc.date.issued2015-12-07
dc.identifier.nim110210101056
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/66771
dc.description.abstractMetakognisi ialah kemampuan siswa mengetahui proses kognisinya serta memantau dan mengatur proses berpikir mereka ketika menyelesaikan soal matematika. Dalam menyelesaikan masalah ada keterkaitan antara kognisi dan metakognisi, pada aktivitas kognisi hanya sebatas bagaimana informasi diproses untuk mencapai tujuan sedangkan pada aktivitas metakognisi peserta didik secara sadar menyesuaikan dan mengelola strategi pemikiran mereka pada saat memecahkan masalah untuk mencapai tujuan. Dalam menyelesaikan soal cerita kita tidak hanya mampu memproses kognitif kita dengan rumus-rumus yang kita pelajari, namun juga harus bisa melihat kembali proses berpikir yang kita lakukan pada setiap aktifitas. Kemampuan metakognisi dapat dikembangkan melalui pelatihan metakognisi berdasarkan pendekatan Polya. Sehingga indikator tersebut dikelompokkan menjadi 4 bagian berdasarkan tahapan Polya, yaitu untuk mengetahui kemampuan metakognisi siswa: 1) memahami masalah, 2) menyusun rencana, 3) melaksanakan rencana, dan 4) memeriksa kembali. Schoenfeld (1985:110) mengembangkan langkah-langkah dalam menghadapi masalah menjadi enam tahap, yaitu : membaca, analisis, eksplorasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pembuktian pangujian. Kerangka ini menentukan karakteristik kognisi dan metakognisi yang baik dalam setiap tahap yang dapat ditunjukkan oleh pengamatan kelakuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita. Pengembangan versi model Schoenfeld ini telah dikembangkan oleh Artzt dan Armour Thomas (Goos, et al.2007). Karakteristik masing-masing tahap yang dikemukakan Artzt dan Armour Thomas yaitu : (1). Membaca (2). Pemahaman (3). Analisis (4). Eksplorasi (5). Perencanaan (6) Pelaksanaan (7). Pemeriksaan . Metakognisi dalam tahap ini adalah ix memeriksa perhitungan, menguji bahwa solusi memenuhi kondisi masalah dan dapat dimengerti, mengevaluasi proses pemecahan dan yakin atas hasil yang diperolehnya. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan tentang kemampuan metakognisi siswa berkemampuan matematika tinggi, siswa berkemampuan matematika sedang, dan siswa berkemampuan rendah. Siswa berkemampuan matematika tinggi dapat melewati tahap-tahap perilaku metakognisi dengan baik yang sesuai pada indikator. Dapat melawati tahap memahami masalah, analisis, eksplorasi dan perencanaan dengan baik. Pada tahap pelaksanaan siswa berkemampuan tinggi selalu mengerjakan sesuai dengan rencana dengan runtut, teliti dan benar. Selama mengerjakan selalu waspada dengan tiap langkah pekerjaannya. Maka dari itu jika dalam mengerjakan dirasa mendapatkan hasil jawaban yang angkanya aneh, dia segera sadar dan mengecek kembali pekerjaannya. Untuk siswa yang berkemampuan sedang dapat melewati tahap-tahap perilaku metakognisi lumayan baik sesuai pada indikator. Siswa tersebut dapat melawati tahap memahami masalah, namun tidak menuliskan alur rencananya. Dapat melewati tahap analisis dan eksplorasi dengan baik. Namun tidak dapat melewati tahap perencanaan. Pada tahap pelaksanaannya siswa berkemampuan sedang dapat menulis jawabannya dengan benar dan runtut, dia sadar dengan apa yang dikerjakannya. Pada tahap pemeriksaan siswa tersebut hanya mampu memeriksa jawabannya beberapa soal saja. Siswa berkemampuan rendah dalam melewati tahap-tahap perilaku metakognisinya masih kurang, sebab ada beberapa indikator yang tidak terpenuhi olehnya. Dapat melawati tahap memahami masalah dengan membaca soal dan pemahaman, namun tidak menuliskan alur berpikirnya. Siswa berkemampuan rendah tidak dapat melewati tahap analisis. Dalam tahap perencanaan siswa ini dapat merencanakan dengan baik dan lengkap. Sehingga pekerjaannya langkah yang dia ambil sudah sesuai rencana. Sedangkan dalam operasi hitungannya dia kurang teliti yang menyebabkan kesalahan hingga akhir. Dan hal ini pun tanpa dia sadari dan tidak berpikir ulang tentang jawabannya.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectSoal Ceritaen_US
dc.titleAnalisis Kemampuan Metakognisi Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Berbasis Polya Sub Pokok Bahasan PLSV Kelas VII-A SMP Negeri 3 Jember;en_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record