PERBEDAAN TINGKAT KEBERHASILAN PERAWATAN ORTODONTIK DENGAN PIRANTI ORTODONTIK LEPASAN USIA 8-11 TAHUN DI RSGM UNEJ BERDASARKAN INDEKS PAR
Abstract
Maloklusi merupakan penyakit gigi terbesar kedua setelah karies gigi. Gambaran maloklusi di Indonesia masih sangat tinggi, yaitu sekitar 80% dari jumlah penduduk. Keadaan gigi yang mengalami maloklusi dapat mengakibatkan bentuk wajah menjadi kurang baik atau mengganggu estetik, baik pada waktu menutup mulut, berbicara, atau tertawa. Perawatan ortodontik memiliki tujuan untuk menciptakan keseimbangan antara hubungan oklusal gigi-geligi, estetik wajah, serta mencegah berbagai kelainan
Perawatan ortodontik dapat dilakukan dengan menggunakan piranti cekat maupun piranti lepasan. Piranti ortodontik lepasan adalah piranti ortodontik yang dapat dipasang dan dilepas sendiri oleh pasien. Piranti lepasan dapat memberikan hasil yang maksimal apabila dipakai terus-menerus. Piranti lepasan digunakan untuk perawatan maloklusi yang ringan dan dalam periode pergantian gigi geligi. Untuk dapat menentukan keberhasilan perawatan ortodontik, para ahli ortodonti membuat suatu acuan penilaian dalam melakukan perawatan, salah satunya yakni indeks PAR.
Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar perbedaan tingkat keberhasilan perawatan ortodontik dengan piranti lepasan pada pasien usia 8-11 tahun di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Jember dan untuk mengevaluasi keberhasilan perawatan ortodontik pada pasien tersebut. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian observasional analitik yang dilakukan di klinik Ortodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Jember pada bulan Oktober hingga November 2014. Sampel pada penelitian ini merupakan model studi pasien usia 8-11 tahun berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan yang memenuhi kriteria sebagai berikut : maloklusi klas I Angle, tidak memiliki kelainan skeletal,
sedang dalam perawatan ortodontik dan aktif datang melakukan perawatan di klinik Ortodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Jember dengan minimal 4 kali kedatangan dalam periode 1 semester untuk melakukan aktivasi serta kontrol.
Penelitian ini dimulai dengan menentukan sampel penelitian, berdasarkan perhitungan didapatkan usia 8 tahun sebanyak 18 sampel, usia 9 tahun sebanyak 30 sampel, usia 10 tahun sebanyak 11 sampel dan usia 11 tahun sebanyak 3 sampel. Pemilihan sampel berdasarkan kriteria sampel yang telah disebutkan sebelumnya. Lalu dilakukan pengukuran pada model gigi yang telah tersedia dengan menggunakan indeks PAR. Model gigi yang digunakan ada 3 macam, yakni model studi yang merupakan model hasil pencetakan sebelum perawatan, model progres I merupakan model yang dicetak 1 tahun setelah pencetakan model studi, dan model progres II merupakan model yang dicetak 6 bulan setelah pencetakan model progres I. Selanjutnya, model studi akan disebut model I. Model progres I akan disebut model II. Dan model progres II akan disebut model III. Lalu mencatat nilai dari hasil pengukuran dengan indeks PAR. Nilai pada pengukuran di model I dan II dibandingkan dengan nilai pada model II dan model III. Serta dilakukan pemberian kuisioner.
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa tingkat keberhasilan perawatan ortodontik pada usia 11 tahun merupakan yang paling tinggi. Selain itu, terjadi penurunan dari tahun pertama ke tahun kedua. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah tingkat kerjasama pasien yang rendah dalam memakai piranti lepasan, kurangnya waktu yang dibutuhkan untuk perawatan, ketidaksesuaian desain alat, serta kurangnya kerjasama antara anak, operator dan orang tua.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat keberhasilan perawatan ortodontik kelompok usia 8-11 tahun.
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2062]