DAMPAK PERBEDAAN LAMA WAKTU DISTRES KRONIS TERHADAP JUMLAH FIBROBLAS DI LIGAMENT PERIODONTAL SPACE TIKUS SPRAGUE DAWLEY
Abstract
Stres merupakan suatu fenomena yang biasa terjadi pada tiap manusia yang
memberikan dampak secara fisik maupun psikologis. Distres adalah bentuk perilaku
yang memiliki efek negatif pada kesehatan fisik dan psikis. Distres dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu distres akut dan kronis. Distres kronis adalah distres yang
berlangsung lama dan terjadi secara terus menerus. Distres kronis dapat menyebabkan
pengerusakan sel yang salah satunya adalah sel fibroblas. Sel fibroblas merupakan
elemen selular yang banyak ditemukan pada jaringan ikat yang berproliferasi dan
aktif mensintesis komponen matriks. Fibroblas berfungsi sebagai penghasil kolagen
dan juga dapat membuat dentikel. Distres dapat mengakibatkan peningkatan
adenocorticotropic hormone (ACTH) yang nantinya akan menstimulus korteks
adrenal untuk memproduksi glukokortikoid. Distres kronis pada hari ke 7 akan
mencapai puncaknya untuk memproduksi glukokortikoid, mulai terjadi penurunan
pada hari ke 14, dan pada hari ke 28 terjadi peningkatan glukokortikoid.
Glukokortikoid dalam jumlah berlebih akan menyebabkan penghambatan
pembentukan fibroblas, yang akan berlanjut terjadinya kegoyangan gigi. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan lama waktu dari dampak distres kronis
terhadap jumlah fibroblas ligament periodontal space tikus Sprague dawley.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental laboratoris
dengan rancangan penelitian post test only control group design. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini sebanyak 16 ekor yang terbagi dalam 4 kelompok
yaitu: kelompok Stres fisik hari ke 0 (SPF 0), Stres fisik 7 hari (SPF 1), Stres fisik 14
hari (SPF 2) dan Stres fisik 28 hari (SPF 4). Sampel dikorbankan sesuai dengan
kelompok perlakuan masing-masing, pada SPF 0 pada hari ke 0, SPF 1 pada hari
ketujuh, pada SPF 2 pada hari keempat belas, dan SPF 4 pada hari kedua puluh
delapan dan dilanjutkan dengan pengambilan jaringan. Setelah didapatkan jaringan,
selanjutnya dilakukan pengecatan hematoxilin eosin untuk menghitung jumlah sel
fibroblas di ligament periodontal space.
Uji One Way ANOVA menunjukkan p= 0,011 (p< 0,05) yang berarti jumlah
rata-rata sel fibroblas terdapat perbedaan yang bermakna. Hasil uji Least Significance
Different (LSD) Test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara
kelompok perlakuan hari ke 0 (SPF 0) dengan SPF 1, SPF 0 dengan SPF 2, dan SPF 0
dengan SPF 4.
Pada hari ke 7 dibandingkan dengan hari ke 0 terjadi jumlah fibroblas secara
signifikan (p<0,05) yang diduga karena paparan distres kronis yang terjadi
mengakibatkan terjadinya peningkatan hormon kortisol secara signifikan yang dapat
menurunkan Transforming Growth Factor-Beta (TGF-β) yang berlanjut pada
penurunan jumlah fibroblas. Pada hari ke 14 dibandingkan dengan hari ke 0 kembali
mengalami penurunan jumlah fibroblas secara signifikan (p<0,05) karena jumlah
kortisol tetap meningkat secara signifikan sehingga jumlah sel fibroblas akan
menurun. Pada hari ke 28 terjadi penurunan jumlah fibroblas yang signifikan
(p<0,05) dibandingkan hari ke 0 tetapi apabila dibandingkan dengan hari ke 14
mengalami peningkatan jumlah sel fibroblas tetapi tidak signifikan. Hal ini diduga
pada hari ke 28 sekresi kortisol menurun sehingga penurunan TGF-β tidak berlanjut
dan jumlah fibroblas berangsur meningkat.
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian bahwa perbedaan lama waktu
distres kronis terbukti mempengaruhi penurunan jumlah fibroblas di ligament
periodontal space tikus Sprague dawley yang diakibatkan adanya peningkatan
kortisol. Induksi distres selama 14 hari mengakibatkan penurunan jumlah fibroblas,
akan tetapi pada induksi distres selama 28 hari jumlah fibroblas kembali meningkat.
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2062]