Pelevelan Adversity Quotient (AQ) Siswa SMP Negeri 10 Jember dalam Memecahkan Masalah Matematika Sub Pokok Bahasan Persegi Panjang dan Segitiga dengan Menggunakan Tahapan Wallas;
Abstract
Masalah matematika adalah suatu kondisi atau objek yang memerlukan
tindakan, penyelesaian atau langkah-langkah dalam menjawab soal yang memiliki
aspek keterbukaan yaitu memiliki satu jawaban dengan banyak cara yaitu dengan
tujuan untuk memunculkan kreativitas siswa dalam menjawab permasalahan.
Kreativitas yang dimaksud adalah berdasarkan tahapan Wallas yaitu tahap persiapan,
tahap inkubasi, tahap iluminasi, dan tahap verifikasi.
Kecerdasan adalah kemampuan seseorang dalam merespon masalah yang
dihadapi, baik secara kongkrit maupun abstrak, sehingga akan mengetahui sejauh apa
tingkat pemahaman yang diperoleh dalam menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi. Kecerdasan yang dimaksud adalah Adversity Quotient (AQ) yaitu
kecerdasan mengatasi kesulitan. Adversity Quotient (AQ) terbagi menjadi 3 kategori,
yaitu kategori tinggi (Climber), kategori sedang (Camper), dan kategori rendah
(Quitter). Dikatakan climber jika memenuhi indikator AQ tinggi, dikatakan camper
jika memenuhi indikator AQ sedang dan dikatakan quitter jika memenuhi indikator
rendah.
Pada penelitian ini dilakukan analisis pelevelan Adversity Quotient (AQ)
dengan menggunakan tahapan Wallas. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Pendeskripsian dilakukan dengan cara memberi
gambaran mengenai pelevelan Adversity Quotient (AQ) dengan mengetahui usaha
yang dimiliki siswa dalam menyelesaikan permasalahan terbuka. Pengambilan subjek
yang dilakukan yaitu berdasarkan tingkat kemampuan matematika, yang dilihat pada
ix
rata-rata nilai ulangan harian materi bangun datar yang telah dilakukan guru kelas.
Selanjutnya dipilih 3 subjek yang merupakan subjek berkemampuan tinggi, sedang
dan rendah yang jujur dan memiliki kemampuan komunikasi baik. Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes dengan instrumen masalah
matematika terbuka dan metode wawancara dengan menggunakan pedoman
wawancara. Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif.
Data yang dianalisis adalah data hasil tes dan hasil wawancara mendalam terhadap
jawaban siswa.
Setelah diperoleh data hasil wawancara kemudian dianalisis. S merupakan
climber karena dapat melewati tahap persiapan disebabkan telah memenuhi indikatorindikator
yang dijelaskan pada tahap persiapan. Kemudian S dapat melewati tahap
inkubasi dikarenakan telah memenuhi indikator-indikator yang dijelaskan pada tahap
inkubasi. S dapat melewati tahap iluminasi dikarenakan telah memenuhi indikatorindikator
yang dijelaskan pada tahap iluminasi. S juga dapat melewati tahap
verifikasi dikarenakan telah memenuhi indikator-indikator yang dijelaskan pada tahap
verifikasi. Kemudian S merupakan camper karena dapat melewati tahap persiapan,
tahap inkubasi dan tahap iluminasi dikarenakan telah memenuhi indikator yang
terdapat tersebut. S juga dapat melewati tahap verifikasi, tetapi usaha yang
dilakukan tidak maksimal, S cukup puas dengan apa yang telah didapat dan tidak
ada kemauan untuk menyelesaikan permasalahan dengan cara lain, sehingga
memenuhi indikator-indikator AQ sedang yang telah dijabarkan di tahap verifikasi.
S merupakan quitter karena dapat melewati tahap persiapan dan inkubasi
disebabkan telah memenuhi indikator-indikator yang telah dijabarkan di tahap
tersebut. Tetapi, S tidak dapat melewati tahap iluminasi dan verifikasi sehingga
memenuhi indikator-indikator AQ rendah yang telah dijabarkan di tahap iluminasi
dan verifikasi.