Uji Sitotoksisitas dan Proliferasi Senyawa 1-(3-klorobenzoiloksimetil)-5- fluorourasil terhadap Sel Kanker Payudara (MCF-7);
Abstract
Kanker merupakan penyakit yang terjadi akibat pembelahan sel yang tidak
terkendali sehingga menyebabkan mutasi gen, kerusakan jaringan dan organ.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, kanker payudara
merupakan jenis kanker dengan prevalensi tertinggi dengan proporsi sebesar 28,7%.
Penderita kanker yang semakin meningkat menyebabkan kebutuhan obat antikanker
semakin tinggi sehingga dibutuhkan sintesis obat baru dengan cara pengembangan
obat dan usaha penemuan obat baru dengan cara modifikasi struktur.
5-fluorourasil (5-FU) merupakan salah satu senyawa antimetabolit yang
berpotensi sebagai antikanker. Berdasarkan teori HKSA dan pendekatan Topliss,
penambahan alkil benzena, ester, dan Cl pada posisi –meta melalui sintesis ester
dengan 3-klorobenzoilklorida dapat meningkatkan aktivitas senyawa turunan 5-
fluorourasil yaitu 1-(3-klorobenzoiloksimetil)-5-fluorourasil (3-ClFU). Senyawa
tersebut telah dilakukan sintesis namun belum dilakukan uji aktivitas terhadap sel
kanker. Tujuan penelitian adalah untuk menentukan nilai IC50 senyawa 5-FU dan 3-
ClFU terhadap sel MCF-7, mendapatkan aktivitas sitotoksik senyawa 3-ClFU sebagai
antikanker pada sel MCF-7 dibandingkan senyawa 5-FU dan menentukan nilai
doubling time pada pengamatan kinetika proliferasi sel MCF-7 senyawa 3-ClFU
dibandingkan senyawa 5-FU.
Tahapan uji aktivitas terbagi menjadi 2 tahap yaitu uji sitotoksisitas dan uji
doubling time. Sebelum dilakukan uji aktivitas, senyawa dilakukan pemurnian secara
kromatografi kolom, KLT-Densitometri, jarak lebur dan identifikasi senyawa secara
FTIR-KBr. Uji kemurnian secara KLT-Densitometri, uji jarak lebur dan identifikasi
struktur menggunakan FTIR-KBr menunjukkan bahwa senyawa hasil sintesis fraksi
20-28 dapat dikatakan murni dan merupakan senyawa 3-ClFU karena menghasilkan
noda tunggal pada eluen-1 heksan:aseton (6:4) dengan Rf rata-rata 0,43, eluen-2
heksan:etil asetat (6:4) dengan Rf rata-rata 0,42 dan eluen-3 heksan:etil asetat:aseton
(5:3:2) dengan Rf rata-rata 0,74, memiliki noda tunggal pada KLT dua arah, memiliki
spektra dengan panjang gelombang maksimum yang sama dengan sintesis
sebelumnya (Aswika, 2012), memiliki puncak berbeda dengan senyawa pembanding
dan memiliki nilai r(s,m) dan r(m,e) ≥0,99. Senyawa memiliki jarak lebur 166-167˚C
dan identifikasi struktur menggunakan FTIR-KBr menujukkan bahwa senyawa
produk adalah senyawa 3-ClFU.
Pada uji sitotoksisitas terhadap sel MCF-7, senyawa 3-ClFU (IC50 rata-rata =
894,320 μM) memiliki aktivitas lebih besar dibandingkan senyawa 5-FU (IC50 ratarata
= 4213,709 μM). Aktivitas keduanya memiliki perbedaan bermakna secara
statistik dengan nilai α = 0,02 (α < 0,05). Tahap selanjutnya yaitu uji doubling time
dengan menggunakan konsentrasi 0,5IC50, 1IC50, dan 1,5 IC50. Nilai doubling time
senyawa 5-FU dengan konsentrasi 0,5IC50 = 185,985 jam, 1IC50 = 213,730 jam,
1,5IC50 = 220,631 jam dengan kontrol sel 53,937 jam dan nilai doubling time
senyawa 3-ClFU dengan konsentrasi 0,5IC50 = 209,845 jam, 1IC50 = 224,457 jam,
1,5IC50 = 239,005 jam dengan kontrol sel 50,695 jam. Nilai doubling time yang besar
pada senyawa 3-ClFU menunjukkan penghambatan proliferasi sel MCF-7 lebih besar
daripada senyawa 5-FU.
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1469]