HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU, BEBAN KERJA MENTAL, DAN FAKTOR ORGANISASI DENGAN SUBSTANDART ACTION (Studi Pada Bagian Pemeliharaan Mesin 1 dan 2 PT. PJB UBJ O&M PLTU Paiton 9 Kabupaten Probolinggo)
Abstract
Substandart action merupakan penyumbang terbesar dalam terjadinya
kecelakaan kerja. Maka untuk mengurangi kecelakaan kerja dapat dicapai melalui
usaha memfokuskan pada pengurangan substandart action. Substandart action
dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu karakteristik individu, faktor
pekerjaan, dan faktor organisasi di perusahaan. Berdasarkan hasil wawancara
dengan pihak LK3, dari hasil inspeksi yang dilakukan oleh pihak LK3 pada bulan
Januari hingga April 2014 terdapat 65 temuan substandart action dimana temuan
terbesar banyak dilakukan oleh bagian Pemeliharaan Mesin.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara karaktistik
individu, beban kerja mental dan faktor organisasi dengan substandart action
pada bagian Pemeliharaan Mesin 1 dan 2 PT. PJB UBJ O&M PLTU Paiton 9
Kabupaten Probolinggo. Penelitian ini dilakukan kepada 28 karyawan yaitu 15
karyawan dari bagian pemeliharaan mesin1 dan 13 karyawan pada bagian
pemeliharaan mesin 2. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik
observasional dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini menggunakan 2
metode yaitu menggunakan kuesioner dan observasi. Kuesioner digunakan untuk
mengetahui variabel karakteristik individu yang meliputi masa kerja, pengetahuan
terhadap bahaya, dan sikap terhadap bahaya, beban kerja mental, faktor
organisasi, yang meliputi pelatihan K3 dan pengawasan serta variabel substandart
action. Pengukuran beban kerja mental menggunakan kuesioner NASA-TLX.
Sedangkan observasi digunakan untuk mengetahui variabel promosi K3 dan substandart action yang dilakukan oleh karyawan bagian pemeliharaan mesin 1
dan 2.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara karakteristik individu dengan substandart action yaitu masa kerja (p value
= 0,007), pengetahuan terhadap bahaya (p value = 0,000), dan sikap terhadap
bahaya (p value = 0,03) dengan substandart action. Selain itu, penelitian juga
menunjukkan adanya hubungan antara faktor organisasi dengan substandart
action, yaitu pelatihan K3 (p value = 0,001) dan pengawasan (p value = 0,000)
dengan substandart action. Namun penelitian ini tidak menunjukkan adanya
hubungan antara beban kerja mental (p value = 0,274) dan promosi K3 (p value =
0,743) dengan substandart action.
Berdasarkan hasil penelitian karyawan di bagian Pemeliharaan Mesin 1 dan
2 seharusnya bertindak sesuai dengan standar untuk menghindari adanya
kecelakaan kerja. Untuk mengurangi substandart action, perusahaan sebaiknya
meningkatkan pelatihan K3 dan pengawasan. Pelatihan K3 harus dilakukan secara
terus menerus untuk menambah kemampuan dan keterampilan karyawan dalam
bertindak sesuai standar di area kerja. Pengawasan di area kerja juga harus
ditingkatkan untuk memastikan karyawan tidak melakukan substandart action.
Perusahaan sebaiknya menerapkan sistem reward and punishment. Reward
diberikan kepada karyawan yang tidak melakukan substandart action. Sedangkan
punishment diberikan kepada karyawan yang melakukan substandart action.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]