Uji Sitotoksisitas dan Proliferasi Senyawa 1-(4-nitrobenzoiloksimetil)-5-Fluorourasil Terhadap Sel Kanker Payudara (MCF-7)
Abstract
Senyawa 1-(4-nitrobenzoiloksimetil)-5-Fluorourasil (4-NFU) merupakan turunan dari obat antikanker 5-fluorourasil (5-FU) karena telah dimodifikasi dengan cara disubstitusi alkil, ester, benzena, dan gugus nitro pada posisi N1 oleh Kurnia (2013). Sintesis 4-NFU telah berhasil dilakukan oleh Kurnia (2013), namun pengujian terhadap aktivitasnya belum dilakukan. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan uji aktivitas antikanker pendahuluan berupa uji sitotoksisitas dan proliferasi terhadap senyawa 4-NFU secara in vitro menggunakan kultur sel kanker payudara MCF-7. Adapun tujuan yang hendak dicapai, diantaranya: (1) menentukan nilai IC50 senyawa 4-NFU dan 5-FU terhadap sel kanker payudara MCF-7, (2) mengetahui aktivitas sitotoksisitas senyawa 4-NFU terhadap sel kanker payudara MCF-7 secara in vitro dibandingkan senyawa 5-FU, dan (3) mengetahui nilai doubling time pada proliferasi sel kanker payudara MCF-7 dari senyawa 4-NFU dibandingkan senyawa 5-FU.
Penelitian ini dimulai dengan sintesis ulang senyawa 4-NFU dimana setelah dilakukan uji kemurnian dan identifikasi struktur, didapatkan hasil sintesis yang sama dengan senyawa 4-NFU yang berhasil disintesis oleh Kurnia (2013). Uji aktivitas sitotoksik dan proliferasi senyawa 4-NFU terhadap sel kanker payudara (MCF-7) secara in vitro merupakan penelitian experimental laboratories, dimana uji sitotoksisitas untuk mendapatkan nilai Inhibition Concentration 50 (IC50) dan uji proliferasi untuk mendapatkan nilai doubling time dilakukan dengan menggunakan metode garam tetrazolium (MTT). Pada uji sitotoksisitas, persentase viabilitas sel
x
dianalisis probit untuk menentukan nilai IC50. Setelah itu, nilai IC50 dianalisis statistik uji T tidak berpasangan dengan program SPSS 18.0 untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan antara IC50 senyawa 4-NFU dan 5-FU.
Pada uji proliferasi, konsentrasi yang digunakan berdasarkan pada nilai IC50, yaitu ½ IC50, IC50, dan 1½ IC50. Setelah sel kanker payudara MCF-7 diinkubasi selama 24, 48, dan 72 jam, kemudian viabilitas sel dihitung untuk masing-masing seri konsentrasi dan kontrol pada tiap-tiap waktu inkubasi dan dibuat grafik waktu inkubasi vs log viabilitas sel untuk mengetahui nilai doubling time sehingga dapat dibandingkan nilai doubling time antara kontrol sel, senyawa 4-NFU, dan 5-FU.
Berdasarkan hasil uji sitotoksisitas, senyawa 4-NFU memiliki nilai IC50 sebesar 134,039 μM sedangkan senyawa 5-FU sebesar 4211,508 μM terhadap sel kanker payudara MCF-7, dimana setelah dianalisis statistik uji T tidak berpasangan, diperoleh harga α = 0,012 (α < 0,05) sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai IC50 senyawa 4-NFU dan 5-FU. Sedangkan dari hasil uji proliferasi, menunjukkan bahwa kontrol sel memiliki nilai doubling time tercepat. Hal ini menunjukkan bahwa kecepatan proliferasi sel dapat diperlambat dengan pemberian senyawa 4-NFU dan 5-FU, dimana senyawa 4-NFU menunjukkan penghambatan terhadap proliferasi sel kanker payudara MCF-7 yang lebih besar daripada senyawa 5-FU karena nilai doubling time sel setelah pemberian senyawa 4-NFU lebih besar daripada setelah pemberian senyawa 5-FU. Selain itu, semakin tinggi konsentrasi senyawa 4-NFU dan 5-FU maka semakin besar kemampuan senyawa tersebut dalam menghambat proliferasi sel kanker payudara MCF-7 yang ditunjukkan dengan nilai doubling time yang semakin lama. Oleh karena itu, berdasarkan nilai IC50 dan doubling time dapat disimpulkan bahwa senyawa 4-NFU memiliki aktivitas sitotoksisitas dan antiproliferasi yang lebih baik terhadap sel kanker payudara MCF-7 daripada senyawa 5-FU.
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1469]