“Uji Sitotoksisitas dan Proliferasi Senyawa 1-(3,4-diklorobenzoiloksimetil)-5-fluorourasil terhadap Sel Kanker Payudara (MCF-7)
Abstract
Kanker adalah suatu penyakit yang kompleks meliputi terjadinya sinyal proliferasi dalam waktu lama, terjadinya penurunan penekan pertumbuhan, penurunan kematian sel, replikasi yang berlangsung terus-menerus, perangsangan angiogenesis, dan terjadi invasi serta metastasis. Kejadian tersebut diakibatkan oleh ketidakstabilan genetik. Kanker menjadi penyebab kematian nomor dua di dunia sebesar 13% setelah penyakit kardiovaskular. Oleh karena itu diperlukan pengembangan obat untuk menangani penyakit kanker, dengan tujuan memperoleh obat dengan aktivitas yang lebih tinggi dan toksisitas lebih rendah. Pada saat ini, sudah disintesis senyawa DC yang merupakan hasil analisis HKSA turunan 5-FU. 5-FU merupakan antimetabolit yang biasa digunakan untuk pengobatan kanker seperti kanker kolorektal, payudara, ovarium, pankreas, dan lambung. Aktivitas dari senyawa DC ini belum dibuktikan, maka pada penelitian ini akan dilakukan uji aktivitas sitotoksik dan pengaruhnya terhadap proliferasi sel kanker payudara (MCF-7).
Tahap awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sintesis senyawa DC kemudian dilakukan pemurnian senyawa dengan menggunakan kromatografi kolom dengan fase gerak heksana:aseton (6:4). Uji kemurnian dilakukan dengan metode KLT dan penentuan titik leleh. Vial yang memiliki noda tunggal (vial 11-22) digabung menjadi satu dan dieluasi lagi dengan menggunakan 3 pelarut yang berbeda kepolarannya yaitu heksana: aseton (6:4), heksana: etil asetat: aseton (5:3:2), dan heksana: etil asetat (6:4). Hasil uji KLT menunjukkan bahwa hanya terdapat satu noda, selanjutnya dilakukan uji KLT dua dimensi dengan menggunakan eluen heksana:aseton (6:4) dilanjutkan heksana:etil asetat (6:4) hasilnya menunjukkan
hanya terdapat satu noda yang berarti bahwa senyawa murni secara KLT. Titik leleh senyawa hasil sintesis (184-185ºC) mirip dengan titik leleh senyawa DC hasil sintesis Palupi (2013) 184-186ºC. Senyawa dikatakan murni apabila memiliki rentang titik leleh 0,5-1,5 ºC, jadi senyawa hasil sintesis merupakan senyawa murni. Uji identifikasi senyawa dilakukan dengan menggunakan perbandingan spektra hasil densitometri dan spektrofotometer infra merah. Hasil yang diperoleh menununjukkan bahwa spektra senyawa hasil sintesis mirip dengan spektra senyawa DC sintesis Palupi (2013) dengan panjang gelombang maksimal berturut-turut adalah 259 dan 258 nm. Senyawa hasil sintesis juga memiliki gugus-gugus senyawa yang sama seperti senyawa DC hasil sintesis Palupi (2013) walaupun mengalami sedikit pergeseran frekuensi tapi spektranya mirip seperti spektra senyawa DC hasil sintesis Palupi (2013). Tahap selanjutnya yaitu uji sitotoksisitas dan uji doubling time terhadap sel kanker payudara MCF-7 dengan metode MTT. Uji sitotoksisitas dilakukan untuk mengetahui potensi penghambatan pertumbuhan sel MCF-7 akibat perlakuan senyawa 5-FU dan senyawa DC. Perlakuan dengan senyawa 5-FU maupun DC memberikan nilai IC50 berturut-turut 4201,86 μM dan 889,744 μM. Hasil statistik antara senyawa 5-FU dan DC menunjukkan bahwa ada perbedaan bermakna yang signifikan (α < 0,05). Dengan demikian dapat dilihat bahwa senyawa 5-FU memiliki aktivitas yang lebih rendah dibandingkan DC dalam menghambat pertumbuhan sel MCF-7 tapi kedua senyawa tersebut tidak dapat dikatakan sebagai senyawa sitotoksik karena memiliki IC50 kurang dari 50 μM. Aktivitas proliferasi sel MCF-7 dengan perlakuan senyawa 5-FU dan DC dapat dilihat dengan uji doubling time. Hasil doubling time untuk senyawa 5-FU konsentrasi 0,5 IC50; IC50 dan 1,5 IC50 berturut-turut adalah 186,265 jam; 213,673 jam; dan 222,252 jam. Hasil doubling time untuk senyawa DC konsentrasi 0,5 IC50; IC50 dan 1,5 IC50 berturut-turut adalah 200,425 jam; 259,699 jam; dan 412,202 jam. Dengan demikian kemampuan senyawa 5-FU dalam menghambat proliferasi sel MCF-7 lebih kecil dibandingkan dengan senyawa DC.
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1469]