ANALISIS PERENCANAAN PENYIAGAAN BENCANA DI RUMAH SAKIT DAERAH BALUNG KABUPATEN JEMBER
Abstract
Rumah sakit dituntut harus lebih cepat dan tepat dalam menangani korban
bencana. Oleh karena itu, rumah sakit diharapkan memiliki perencanaan penyiagaan
bencana bagi rumah sakit. Perencanaan penyiagaan bencana merupakan rangkaian
kegiatan yang dimulai sejak sebelum terjadinya bencana, saat bencana dan setelah
terjadi bencana. Berdasarkan pedoman perencanaan penyiagaan bencana bagi rumah
sakit untuk meningkatkan kesiapan rumah sakit dalam menghadapi bencana
diperlukan perencanaan yang meliputi organisasi, komunikasi, pelaksanaan
operasional, pembiayaan, koordinasi, diseminasi dan sosialisasi.
Kabupaten Jember merupakan salah satu kabupaten di bagian timur Pulau
Jawa yang memiliki tingkat kerawanan bencana yang tinggi. Sebanyak 18 dari 31
kecamatan di Kabupaten Jember merupakan daerah rawan bencana banjir, tanah
longsor, angin puting beliung dan tsunami. Kecamatan Balung merupakan salah satu
kecamatan yang berada disekitar daerah yang rawan terjadi bencana. Berdasarkan
data dari BPBD Kabupaten Jember, risiko bencana yang pernah terjadi di daerah
Balung adalah banjir genangan dan angin puyuh.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji perencanaan penyiagaan bencana
di Rumah Sakit Balung. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif, dengan 7 informan yang ditentukan secara purposive. Data
diperoleh melalui wawancara langsung secara mendalam dengan bantuan panduan
wawancara (in-depth interview guide) dan alat perekam suara (handphone) serta alat
tulis. Selanjutnya pernyataan informan dideskripsikan dalam bentuk kalimat
langsung. Uji validitas data yang digunakan adalah triangulasi sumber.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Rumah Sakit Daerah Balung sudah
membentuk tim penyusun perencanaan penyiagaan bencana bagi rumah sakit serta
sudah membentuk tim penyiagaan bencana, akan tetapi tim ini belum berjalan secara
optimal karena sejak dibentuk belum ada mitigasi atau kegiatan lain yang dilakukan
sehingga sebagian anggota tim ada yang lupa tugas dan fungsinya. Untuk
perencanaan komunikasi, sudah baik karena sudah sesuai dengan pedoman
perencanaan penyiagaan bencana bagi rumah sakit yaitu dengan adanya sistem
komunikasi penyampaian informasi, komunikasi koordinasi dan komunikasi
pengendalian, namun dalam pelaksanaanya masih terdapat kekurangan yaitu tidak
ada alat komunikasi lain selain telepon dan handphone serta kurangnya intensitas
komunikasi yang dijalin baik antar unit rumah sakit atau antar instansi lain tentang
penyiagaan bencana. Perencanaan pelaksanaan operational Rumah Sakit Daerah
Balung masih kurang baik karena di Rumah Sakit Daerah Balung masih belum ada
pos bencana, alarm system, Tim Reaksi Cepat, Tim RHA dan Tim Bantuan
Kesehatan, serta jalur evakuai yang belum diberi tanda. SDM di Rumah Sakit Daerah
Balung juga masih kurang mendapatkan pelatihan mengenai manajemen bencana.
Untuk perencanaan pembiayaan juga masih belum ada perencanaan pembiayaan pra
bencana, saat bencana dan paska bencana. Perencanaan penyiagaan bencana di
Rumah Sakit Balung masih kurang disosialisaikan kepada karyawan, pasien,
pengunjung serta masyarakat di sekitar rumah sakit.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah perencanaan penyiagaan bencana di
Rumah Sakit Daerah Balung belum berjalan secara optimal karena belum adanya
perencanaan penyiagaan sesuai dengan risiko bencana di Rumah Sakit Daerah Balung
dan tidak adanya kegiatan atau mitigasi yang dilakukan tim penyiagaan bencana
ketika bencana belum terjadi serta kurangnya sosialisasi kepada karyawan, pasien,
pengunjung dan masyarakat di sekitar Rumah Sakit Daerah Balung.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]