Uji Sitotoksisitas dan Proliferasi Senyawa 1-(2-Klorobenzoiloksimetil)-5-Fluorourasil terhadap Sel Kanker Payudara (MCF-7)
Abstract
Senyawa 1-(2-klorobenzoiloksimetil)-5-fluorourasil (2-KFU) merupakan salah satu turunan dari 5-fluorourasil (5-FU). Berdasarkan teori HKSA, pendekatan toplis, dan pemodelan molekuler, adanya substitusi benzena, ester, dan kloro pada struktur 5-FU dapat menyebabkan terjadinya peningkatan aktivitas antikanker jika dibandingkan dengan 5-FU dikarenakan adanya pengaruh parametrik lipofilik, elektronik, dan sterik (Siswandono & Soekardjo, 2008). Dengan demikian, diperkirakan 2-KFU memiliki aktivitas antikanker yang lebih besar dibandingkan dengan 5-FU. 2-KFU telah berhasil disintesis oleh Febriany (2013) namun belum diketahui aktivitasnya terhadap sel kanker oleh karena itu dilakukan uji aktivitas antikanker menggunakan uji sitotoksik dan uji proliferasi terhadap sel kanker payudara. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan sel kanker payudara Michigan Cancer Foundation- 7 (MCF-7) untuk menguji aktivitas antikanker 2-KFU. Sel MCF-7 merupakan salah satu model sel kanker payudara yang banyak digunakan dalam penelitian uji aktivitas antikanker secara in vitro selain itu sel kanker jenis ini mengekspresikan p53 wildtype sehingga sensitif terhadap agen antineoplastik (Fitria et al., 2011). Sebelum uji pendahuluan aktivitas antikanker, dilakukan sintesis ulang terhadap 2-KFU. Berdasarkan hasil sintesis menunjukkan hasil senyawa murni dan sama dengan yang disintesis oleh Febriany (2013).
Penelitian ini terdiri dari dua uji pendahuluan aktivitas antikanker yaitu uji sitotoksisitas dengan metode MTT (3-(4,5-Dimethylthiazol-2-yl)-2,5-
Diphenyltetrazolium Bromide) untuk mengetahui viabilitas sel dengan hasil akhir berupa data IC50 dilanjutkan dengan uji doubling time untuk mengetahui waktu proliferasi sel setelah diberi perlakuan. Dengan begitu dapat diketahui aktivitas antikanker payudara dari 2-KFU.
Uji yang pertama yaitu uji sitotoksisitas metode MTT. Hasi uji sitotoksisitas diperoleh data IC50 untuk 5-FU sebesar 4201,88 ± 824,7266 μM dan untuk 2-KFU sebesar 196,205 ± 14,5104 μM. Berdasarkan literatur, nilai IC50 dikatakan poten apabila konsentrasinya <50μM. (Boik & Newman, 2008). Dari data IC50 yang telah diperoleh kemudian dilanjutkan dengan uji t tidak berpasangan (Independent t-test) yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan bermakna antara hasil IC50 dari 5-FU dan 2-KFU. Uji t dilakukan dengan menggunakan program SPSS 18.0 dengan taraf kepercayaan 95%. Dari hasil statistik IC50 5-FU dan 2-KFU menunjukkan ada perbedaan yang signifikan. Dengan demikian dapat dilihat bahwa 2-KFU mempunyai aktivitas sitotoksik lebih besar dibandingkan dengan 5-FU dalam menghambat pertumbuhan sel kanker payudara MCF-7. Uji yang kedua yaitu uji proliferasi doubling time. Hasil dari uji doubling time yaitu 2-KFU mampu menghambat waktu proliferasi sel MCF-7 lebih panjang dari 5-FU. Pada 2-KFU untuk konsentrasi 0,5 IC50; 1 IC50 dan 1,5 IC50 waktu doubling timenya berturut-turut 197,4; 221,8; 278,5 jam dan untuk 5-FU berturut 185,9; 214,0; 220,6 jam. Berdasarkan literatur, doubling time (doubling time) sel kanker MCF-7 sekitar 24 jam (Sutherland et al., 1983). Dengan demikian Sel Kanker MCF-7 yang diberi perlakuan Senyawa 5-KFU lebih lambat proliferasinya dibanding dengan 5-FU.
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1469]