PENGKODEAN CITRA DIGITAL HASIL STEGANOGRAFI DENGAN METODE LEAST SIGNIFICANT BIT UNTUK DATA TEKS TERENKRIPSI DENGAN ALGORITMA HILL CIPHER
Abstract
Kemajuan teknologi informasi yang semakin pesat dapat meningkatkan
tindak kejahatan terhadap pengaksesan informasi tersebut. Oleh karena itu, diperlukan
adanya penyandian atau pengkodean untuk menjaga keamanan informasi. Teknik
pengamanan informasi yang dapat digunakan adalah kriptografi dan steganografi.
Kriptografi adalah ilmu dan seni yang digunakan untuk menjaga keamanan pesan
ketika pesan dikirim dari suatu tempat ke tempat lain. Salah satu algoritma kriptografi
klasik adalah Hill Cipher, yaitu algoritma kunci simetris dan dikategorikan sebagai
block cipher karena pesan yang akan diproses akan dibagi menjadi blok-blok dengan
ukuran tertentu. Steganografi adalah ilmu dan seni yang digunakan untuk
menyembunyikan pesan rahasia di dalam pesan lain sehingga keberadaan pesan rahasia
tersebut tidak dapat diketahui. Salah satu metode steganografi yang dapat digunakan
adalah Least Significant Bit (LSB), yaitu metode yang mengganti bit yang paling
rendah pada beberapa byte media penyembunyian dengan bit data secara berurutan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menerapkan steganografi pada citra digital
menggunakan metode Least Significant Bit dan mengaplikasikan algoritma Hill Cipher
dalam proses enkripsi dan dekripsi pesan teks maupun citra. Hasil dari penelitian ini
diharapkan dapat membangun suatu sistem keamanan yang dapat berguna bagi
masyarakat dalam berkomunikasi (bertukar pesan).
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah printable characters dan
nilai RGB dari setiap piksel citra digital. Citra digital yang digunakan adalah citra
viii
warna yang memiliki komponen RGB. Printable characters dan nilai RGB tersebut
digunakan sebagai plaintext dan ciphertext. Pada penelitian ini, plaintext (berupa data
teks) dienkripsi dengan menggunakan algoritma Hill Cipher sehingga dihasilkan
ciphertext. Matriks kunci yang digunakan dalam proses enkripsi pesan teks merupakan
matriks persegi berordo 3 × 3. Kemudian ciphertext tersebut disisipkan di dalam media
penyembunyian berupa citra digital dengan menggunakan metode Least Significant
Bit. Citra digital yang telah disisipkan pesan tersebut dienkripsi kembali menggunakan
algoritma Hill Cipher. Matriks kunci yang digunakan dalam proses enkripsi citra
digital merupakan matriks persegi berordo 2 × 2 dan berordo 3 × 3. Kemudian citra
digital tersebut didekripsi dan diekstraksi sehingga didapatkan ciphertext. Untuk
mendapatkan pesan asli, maka ciphertext didekripsi kembali.
Proses enkripsi plaintext menghasilkan ciphertext yang memiliki susunan
karakter yang acak, sehingga ciphertext sangat sulit untuk dibaca. Stego object yang
dihasilkan dari proses encoding pesan teks terlihat sama dengan citra aslinya. Stego
object tidak mengalami perubahan atau perbedaan yang signifikan jika dibandingkan
dengan citra asli sebelum disisipkan pesan. Pada proses enkripsi stego object,
menghasilkan citra kripto yang tidak dapat terlihat citra aslinya. Semakin besar elemen
matriks kunci yang digunakan dalam mengenkripsi stego object, maka citra kripto yang
dihasilkan semakin tidak dapat terdeteksi seperti apa citra aslinya sehingga proses
enkripsi citra digital semakin baik. Ukuran matriks kunci yang digunakan dalam proses
enkripsi citra digital juga mempengaruhi cepat lambatnya proses enkripsi citra digital.
Semakin besar ukuran matriks kunci yang digunakan, maka semakin cepat proses
enkripsi citra digital. Proses enkripsi stego object dengan menggunakan matriks kunci
berordo 2 × 2 membutuhkan waktu komputasi sebesar 123,2983 detik sedangkan
proses enkripsi stego object dengan menggunakan matriks kunci berordo 3 × 3
membutuhkan waktu komputasi sebesar 99,9682 detik.