DUKUNGAN RUSIA TERHADAP REZIM BASHAR AL-ASSAD DALAM KONFLIK INTERNAL SURIAH
Abstract
Konflik internal yang terjadi di Suriah antara Rezim Bashar Al-Assad dan
kelompok oposisi telah membuat Suriah terpuruk dalam ekonomi, sosial dan
politik. Selain itu, konflik internal ini telah menewaskan ratusan ribu jiwa dan
memaksa jutaan rakyat Suriah mengungsi ke negara-negara tetangga Suriah. Oleh
karena itu, konflik ini menjadi perhatian internasional. Muncul kelompok negara
yang menentang Rezim Bashar Al-Assad dan menuntut Bashar untuk bertanggung
jawab atas kekerasan yang terjadi di Suriah. Permasalahan ini kemudian dibawa
ke sidang Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (DK PBB) agar Rezim
Bashar Al-Assad mendapat sanksi, dan dapat dilegalkannya intervensi ke dalam
konflik internal Suriah. Namun, usaha tersebut digagalkan oleh Rusia. Rusia
memveto draft resolusi DK PBB sebagai bentuk dukungannya teerhadap Rezim
Bashar Al-Assad. Selain itu, dukungan Rusia ditunjukkan dengan suplai
persenjataan kepada Rezim Basyar Al-Assad.
Motode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
metode penelitian kualitatif. Dalam metode kualitatif, penulis dituntut untuk
memahami fenomena yang terjadi pada obyek penelitian misalnya, perilaku,
persepsi, motivasi dan tindakan. Supaya memahami obyek penelitian maka
diperlukan data-data untuk mendeskripsikan fenomena pada obyek penelitian.
Data-data tersebut dapat berupa dokumen, statement ataupun gambar. Sedangkan
unit analisis dalam penelitian ini adalah aktor negara yaitu Rusia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kepentingan yang
mendorong Rusia memberi dukungan kepada Rezim Bashar Al-Assad dalam
konflik internal Suriah. Kepentingan tersebut adalah kepentingan ekonomi, politik
dan keamanan. Kepentingan ekonomi meliputi kekhawatiran Rusia bisa
kehilangan pangsa pasar dari industri persenjataannya, dan kontrak ekonomi
perusahaan-perusahaan Rusia di Suriah. Sementara itu, kepentingan Rusia di
sektor politik dan keamanan yaitu mempertahankan sekutu tradisionalnya yang
ix
tersisa di Timur Tengah yaitu Suriah, ketakutan Rusia kehilangan hak pengelolaan
atas pangkalan Tartus yang sudah diberikan oleh Hafez Al-Assad sejak dekade
1970-an, dan ancaman keamanan nasional Rusia dari kelompok Islam radikal di
Suriah. Kepentingan-kepentingan tersebut yang mendorong Rusia ingin
mempertahankan Rezim Bashar Al-Assad, karena jika Bashar Al-Assad jatuh,
maka Rusia dapat mengalami kerugian.