KONFLIK PADA PERUSAHAAN DAERAH PERKEBUNAN (PDP) KAHYANGAN KABUPATEN JEMBER
Abstract
Sebagai sebuah organisasi maka di PDP terdapat berbagai macam karakteristik individu yang saling berinteraksi dalam mencapai tujuannya. Dalam proses interaksi tersebut akan rawan terjadi konflik. Pada rentang tahun 2011 sampai 2015 diberitakan oleh media massa mengenai banyaknya demonstrasi yang dilakukan oleh para pekerja terhadap Direksi PDP Kahyangan. Dalam demonstrasi yang dilakukan oleh buruh, terdapat beberapa tuntutan mengenai pemenuhan hak normatif, pemberian upah sesuai UMK, transparansi perusahaan, audit independen perusahaan, dan permasalahan mengenai kerjasama operasional dengan pihak investor yaitu PT. Nanggala Mitra Lestari sehingga menyebabkan tidak tertagihnya 159 ton karet yang dalam hal ini menyebabkan konflik antara pihak Direksi dengan buruh. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan mengetahui bagaimana konflik yang terjadi di PDP. Hasil penelitian diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bentuk pertimbangan dalam menyelesaikan permasalahan konflik di PDP dengan cara manajemen konflik. Dengan mengetahui mengenai permasalahan pokok timbulnya konflik, maka dapat digunakan sebagai langkah yang tepat dalam menentukan cara yang tepat untuk menyelesaikan konflik di PDP.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian di PDP Kahyangan Kabupaten Jember. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dan snowball sampling untuk menentukan informan yang dianggap mempunyai informasi dan data yang dibutuhkan. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah teknik wawancara, observasi, dan
viii
viii
dokumentasi. Untuk menganalisis data peneliti menggunakan analisis interaktif menurut Miles dan Huberman. Untuk menguji keabsahan data peneliti menggunakan perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan dan trianggulasi. Sedangkan analisis analisis data terdiri atas tiga sub proses yang saling terkait yakni reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), pengambilan kesimpulan/verifikasi. Sedangkan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1) konflik di PDP terjadi antara pihak buruh yang difasilitasi serikat pekerja dengan pihak Direksi. 2) Sumber terjadinya konflik di PDP disebabkan karena adanya permasalahan buruknya komunikasi dan kurangnya koordinasi antara pihak Buruh dengan Direksi, ketidaksepahaman mengenai klausul PDP, kepercayaan yang rendah terhadap atasan, ketidaksesuaian kebijakan pada peraturan perudang-undangan, dan adanya pengangkatan direksi yang tidak berdasarkan fit and proper test. 3) Konflik di PDP termasuk dalam kategori konflik yang tinggi dan disfungsional. 4) Proses konflik di PDP terbagi ke dalam 8 (delapan) tahap. Diawali dengan tahap potensial: berawal dari kecurigaan para buruh terhadap adanya mutasi tanaman dan diadakannya kerjasama operasional. Kemudian fase laten atau fase tidak terlihat: pihak karyawan berusaha untuk mencari klarifikasi dari pihak direksi mengenai pengadaan kerjasama operasional tersebut. Selanjutnya pada fase pemicu: pihak karyawan mulai mengekspresikan konflik secara nyata dengan melakukan aksi demo yang dilakukan pada tanggal 4 April 2013, 9 April 2013, dan 17 April 2013 yang menimbulkan kerawanan sosial. Fase eskalasi: para buruh mulai memunculkan ttuntutan pemenuhan hak-hak buruh kepada direksi. Fase krisis: pihak buruh meminta DPRD untuk ikut menyelesaikan permasalahan di PDP. Fase resolusi konflik: upaya yang dilakukan antara pihak direksi dengan pihak buruh adalah melalui perundingan bipatirt dan tripartite serta pemebentukan panitia khusus oleh DPRD Jember. Hasil konflik; terjadi penurunan kerja dari karyawan ditandai dengan mangkir.