Show simple item record

dc.contributor.advisorWahjudi, Pudjo
dc.contributor.advisorWati, Dwi Martiana
dc.contributor.authorAryanti, Amalia Dwi
dc.date.accessioned2015-12-03T00:46:58Z
dc.date.available2015-12-03T00:46:58Z
dc.date.issued2015-12-03
dc.identifier.nim112110101060
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/65983
dc.description.abstractKabupaten Jombang dibagi menjadi 21 kecamatan, yang mencakup 302 desa dan 4 kelurahan. Tiga diantaranya merupakan wilayah pegunungan dengan curah hujan yang tinggi serta memiliki memiliki topografi wilayah berbukit-bukit dengan risiko bahaya longsor yang besar, yaitu Kecamatan Wonosalam, Bareng dan Mojowarno. Bencana tanah longsor merupakan bencana alam yang menimbulkan korban jiwa dan kerugian material yang besar, seperti rusaknya pemukiman, lahan produktif, dan prasarana fisik lainnya. Salah satu upaya untuk mengurangi dampak bencana tanah longsor adalah melalui kegiatan mitigasi bencana. Analisis tingkat kerentanan bencana tanah longsor merupakan salah satu bentuk mitigasi bencana yang bertujuan untuk membangun kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana tanah longsor di masa yang akan datang. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui tingkat kerentanan bencana tanah longsor pada daerah rawan tanah longsor di Kabupaten Jombang. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Objek dalam penelitian adalah tiga kecamatan rawan tanah longsor yakni Kecamatan Bareng, Wonosalam, dan Mojowarno. Penelitian ini menggunakan data sekunder meliputi kepadatan penduduk, jumlah kelompok rentan, jumlah fasilitas kritis dan umum, luas lahan produktif, kontribusi PDRB per sektor, dan luas kawasan hutan pada masing-masing kecamatan. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan skoring dan pembobotan berdasarkan Pedoman Pengkajian Risiko Bencana BNPB (2012). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat ancaman bencana tanah longsor pada Kecamatan Bareng dan Wonosalam tergolong pada tingkat ancaman ix sedang, sedangkan Kecamatan Mojowarno tergolong pada tingkat ancaman rendah. Kerentanan fisik, kerentanan ekonomi, dan kerentanan lingkungan ketiga kecamatan cenderung tinggi, sedangkan Kerentanan Sosial, pada Kecamatan Bareng tergolong sedang, Kecamatan Wonosalam tergolong rendah, dan Kecamatan Mojowarno tergolong tinggi. Setelah dilakukan analisis terhadap indeks kerentanan, diketahui bahwa Kecamatan Bareng memiliki indeks kerentanan fisik sebesar 1,00, kerentanan ekonomi sebesar 1,00, kerentanan sosial sebesar 0,79, dan kerentanan lingkungan sebesar 0,66. Indeks kerentanan Kecamatan Wonosalam yakni kerentanan fisik sebesar 1,00, kerentanan ekonomi sebesar 0,59, kerentanan sosial sebesar 0,59, dan kerentanan lingkungan sebesar 0,73. Indeks Kecamatan Mojowarno yakni kerentanan fisik, kerentanan ekonomi, dan kerentanan sosial memiliki nilai yang sama yakni sebesar 1,00, sedangkan kerentanan lingkungan sebesar 0,66. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tingkat kerentanan bencana tanah longsor di Kecamatan Bareng dan Kecamatan Mojowarno tergolong tinggi, sedangkan Kecamatan Wonosalam tergolong sedang. Srategi penanggulangan yang dapat diterapkan untuk Kecamatan Mojowarno dan Kecamatan Bareng yakni strategi protektif, melalui pembuatan bangunan penahan longsor di sepanjang kawasan yang dilindungi, sedangkan untuk Kecamatan Wonosalam, adalah strategi akomodatif, melalui perencanaan emergensi, perlindungan bencana, perubahan tata guna lahan dan praktik pertanian, pengaturan yang ketat untuk kawasan bencana dan meningkatkan sistem drainase.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectTINGKAT KERENTANANen_US
dc.subjectBENCANA TANAH LONGSORen_US
dc.titleANALISIS TINGKAT KERENTANAN DAERAH DALAM MENGHADAPI BENCANA TANAH LONGSOR DI KABUPATEN JOMBANG (Studi di Kecamatan Bareng, Wonosalam, dan Mojowarno)en_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record