dc.description.abstract | Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) kian lama kian
berkembang dengan seiringnya perkembangan zaman. Kejadian tersebut menunutut
semua elemen pendidikan yaitu guru dari tingkat dasar sampai pemerintahan untuk
lebih kreatif dan inovatif dalam merancang sistem pendidikan. Salah satu usaha
pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan adalah merancang kurikulum
2013, dijelaskan bahwa dalam kurikulum ini siswa dituntut aktif dan memahami
fisika secara fungsional artinya siswa tidak hanya memahami fisika hanua dari buku
tetapi juga dapat mengplikasikannya dalam lingkungan. Oleh karena itu perlu adanya
model yang dapat membantu siswa mencapai tujuan kurikulum etrsebut, salah satu
alternatifnya ialah menggunakan model pembelajaran analisis video kejadian
lingkungan disertai dengan praktikum. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mengkaji
perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa sebelum dan sesudah penerapan
model pembelajaran analisis video kejadian lingkungan disertai dengan praktikum
dalam pembelajaran fisika di SMA/MA, (2) Mendiskripsikan aktivitas belajar siswa
selama mengikuti pembelajaran fisika menggunakan model pembelajaran analisis
video kejadian lingkungan disertai dengan praktikum di SMA/MA.
Jenis penelitian ini adalah penelitian quasi eksperiment, dengan tempat
penelitian ditentukan menggunakan metode purposive sampling area. Penelitian ini
dilaksanakan di MAN Arjasa. Sampel penelitian dilakukan setelah dilakukan uji
homogenitas terhadap populasi. Terdapat 3 kelas yang diberi perlakuan yang sama
sebagai kelas eksperimen. Penentuan sampel penelitian menggunakan metode cluster
random sampling. Desain penelitian yang digunakan adalah Time-Series Design.
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes, observasi , dokumentasi,
viii
dan wawancara. Analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian
adalah Paired-samples T-test dengan bantuan SPSS v21.
Hasil analisis Paired-samples T-test untuk menguji hipotesis penelitian 1 pada
kelas X matematika IPA (MIA)-1 diperoleh nilai ttest > ttabel pada pertemuan pertama
sebesar 16,977 > 2,048, pada pertemuan kedua 28,434 > 2,048 dan pada pertemuan
ke tiga 24,169 > 2,048. Pada kelas X MIA-3 diperoleh nilai ttest > ttabel pada pertemuan
pertama sebesar 18,231 > 2,048, pada pertemuan kedua 16,736 > 2,048 dan pada
pertemuan ke tiga 25,676 > 2,048. Pada kelas X MIA-4 diperoleh pula nilai ttest > ttabel
pada pertemuan pertama sebesar 15,929 > 2,048, pada pertemuan kedua 20,433 >
2,048 dan pada pertemuan ke tiga 25,014 > 2,048. Karena nilai ttest > ttabel pada setiap
pertemuan dan setiap kelas, maka hipotesis nihil ( ) ditolak dan hipotesis alternatif
( ) diterima pada setiap pertemuan dan setiap kelas. Dengan demikian ada
perbedaan yang signifikan antara kemampuan penguasaan konsep fisika siswa
sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran analisis video kejadian
lingkungan disertai dengan praktikum. Hasil analisis aktivitas pada kelas X-MIA 1
diperoleh pertemuan 1,2 dan 3 sebesar 75,07%, 79,84% dan 81,10%, jika dirata-rata
presentasenya mencapai 78,67 % atau dikatakan aktif. Pada kelas X-MIA 3 Pertemuan 1,2
dan 3 sebesar 69,26%, 73,40% dan 76,85%, jika dirata-rata presentasenya mencapai 73,17
% atau dikatakan aktif . Dan pada kelas X-MIA-4 pada pertemuan 1,2 dan 3 sebesar 71,36%,
75,21% dan 77,43%, jika dirata-rata presentasenya mencapai 74,67 % atau dikatakan
aktif.
Berdasarkan analisis data yang diperoleh, maka kesimpulan dari penelitian ini
adalah: (1) Model analisis video kejadian lingkungan disertai praktikum berpengaruh
signifikan terhadap hasil belajar fisika siswa di SMA, (2) aktivitas belajar siswa
selama pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran analisis video
kejadian lingkungan disertai dengan praktikum dapat digolongkan dalam kategori
aktif. | en_US |