HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN FAKTOR PEKERJAAN DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL AKIBAT KERJA (STUDI PADA NELAYAN DI DESA PUGER WETAN KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBER)
Abstract
Keluhan pada sistem muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian otot
rangka yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai
sangat sakit yang disebabkan oleh lingkungan pekerjaan dan pelaksanaan
pekerjaan atau keluhan muskuloskeletal yang diperburuk oleh kondisi pekerjaan.
Faktor risiko terhadap keluhan muskuloskeletal akibat kerja diantaranya: faktor
individu, faktor pekerjaan dan faktor lingkungan. Tenaga kerja sektor informal
adalah tenaga kerja yang bekerja pada segala jenis pekerjaan tanpa ada
perlindungan negara dan atas usaha tersebut tidak dikenakan pajak. Pekerja sektor
informal dianggap sebagai pekerja kasar (blue collar) sebagai pekerja pada
pekerjaan yang mengandalkan kekuatan fisik. Nelayan tradisional sebagai salah
satu jenis pekerjaan sektor informal pada proses kerjanya banyak menggunakan
tenaga manusia yang membutuhkan pengerahan tenaga yang besar. Kondisi ini
mengakibatkan peregangan otot yang berlebihan (over exertion). Peregangan otot
yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga yang diperlukan melampaui
kekuatan maksimal otot. Apabila hal serupa sering dilakukan, maka dapat
memperbesar risiko terjadinya keluhan otot, bahkan dapat menyebabkan
terjadinya cidera otot skeletal.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah faktor individu dan
faktor pekerjaan berhubungan dengan keluhan muskuloskeletal. Jenis penelitian
ini adalah penelitian observasional dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini
menggunakan sampel sebanyak 92 responden yang tersebar di dua dusun di Desa
Puger Wetan. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dengan penyebaran
ix
kuesioner dan observasi langsung pada proses kerja untuk dilakukan penilaian
postur kerja dengan menggunakan metode Rapid Body Assesment (REBA).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, sebagian besar responden yaitu 89
responden mengalami keluhan muskuloskeletal akibat kerja, yakni keluhan pada
bagian leher, lengan atas, punggung, paha dan betis. Responden bekerja dalam
posisi tubuh yang tidak ergonomis hal ini berdasarkan penilaian postur kerja
dengan menggunakan REBA yang didapatkan hasil risiko tinggi sampai risiko
sangat tinggi. Berdasarkan uji bivariat dengan uji asosiasi lamba hasil penelitian
ini menunjukkan untuk faktor individu yang memiliki hubungan dengan keluhan
muskuloskeletal akibat kerja adalah usia dan IMT. Sedangkan kebiasaan
merokok, masa kerja dan kebiasaan olahraga menunjukkan tidak ada hubungan
dengan keluhan muskuloskeletal akibat kerja. Faktor pekerjaan berdasarkan
REBA juga menunjukan adanya hubungan dengan keluhan muskuloskeletal
akibat kerja.
Saran yang dapat diberikan adalah Puskesmas diharapkan dapat
melakukan tindakan pencegahan terjadinya penyakit akibat kerja khususnya pada
sektor informal, mengintensifkan pemeriksaan kesehatan pada nelayan,
melakukan sosialisasi terkait bahaya ergonomi dan pengendaliannya. Sedangkan
untuk nelayan diharapkan lebih memahami dan meminimalisir bahaya-bahaya
yang ada di lingkungan kerja utamanya bahaya ergonomik. Selain itu nelayan
harus menggunakan waktu istirahat dan waktu libur kerja dengan tepat untuk
memulihkan kondisi kesegaran tubuh.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]