Show simple item record

dc.contributor.advisorHartanti, Ragil Ismi
dc.contributor.advisorSujoso, Anita Dewi Prahastuti
dc.contributor.authorRachmawati, Ike Agustin
dc.date.accessioned2015-12-02T06:08:41Z
dc.date.available2015-12-02T06:08:41Z
dc.date.issued2015-12-02
dc.identifier.nim102110101010
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/65795
dc.description.abstractKebisingan di tempat kerja seringkali menjadi masalah bagi tenaga kerja. Kebisingan merupakan potensi bahaya (hazard) fisik yang umumnya di jumpai di hampir seluruh kegiatan industrialisasi. Umumnya kebisingan berasal dari pengoperasian mesin-mesin yang mendukung proses produksi sehingga dapat menyebabkan risiko tenaga kerja untuk terpapar kebisingan saat bekerja semakin besar. Efek kebisingan dengan intensitas tinggi dan bahkan melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) yang diterima oleh tenaga kerja dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan, diantaranya gangguan auditory dan gangguan non auditory. Kegiatan produksi di Pembangkit banyak menggunakan mesin-mesin yang menimbulkan suara bising sehingga menyebabkan beberapa tenaga kerja mengalami berbagai gangguan diantaranya gangguan fisiologis, gangguan psikologis, dan gangguan komunikasi. Pada saat berkomunikasi di tempat kerja yang bising, seringkali tenaga kerja harus mengeraskan suara maupun mendekat kepada lawan bicara. Kebisingan tersebut juga menyebabkan timbulnya gangguan psikologis seperti sulit berkonsentrasi dan perasaan mudah emosi. Rata-rata intensitas kebisingan di area Turbin dan area Boiler >85 dBA. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara intensitas kebisingan dengan keluhan non auditory effect pada tenaga kerja di area Turbin dan Boiler Pembangkit. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan rancangan cross sectional. Sampel penelitian sebanyak 43 orang yang terdiri dari 23 orang tenaga kerja yang bekerja di area Turbin dan 20 orang tenaga kerja di area Boiler yang diambil dengan menggunakan teknik simple random sampling. Pengumpulan datadilakukan dengan menggunakan kuesioner, observasi, wawancara, dan pengukuran intensitas kebisingan dengan menggunakan Sound Level Meter (SLM). Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan uji Spearman dengan α sebesar 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel intensitas kebisingan (p=0,037) dan masa kerja (p=0.037) memiliki hubungan dengan keluhan non auditory effect sedangkan variabel usia (p=0,655) dan lama paparan bising per hari (p=0,535) tidak memiliki hubungan dengan keluhan non auditory effect. Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan perusahaan semakin mengutamakan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja dengan lebih meningkatkan upaya pengendalian kebisingan yang sudah dilakukan dan menambah upaya lainnya yang dapat diterapkan di area kerja bising. seperti upaya preventif yaitu melaksanakan training awal terkait kebisingan untuk pekerja area turbin dan boiler yang baru. Pengendalian secara teknis salah satunya adalah memodifikasi desain peredam suara, yaitu pengontrolan suara pada jalur penghubung antara sumber bising dan pekerja dengan penggunaan bahan bersifat menyerap suara seperti karet elastis atau bahan logam. Ugrade pengetahuan khusus kebisingan dengan memberikan materi diskusi bersama mengenai kebisingan tiap meeting harian di masing-masing unit kerja, Pendidikan dan pelatihan khusus terkait penggunaan APT diantaranya fungsi, manfaat, cara pakai dan cara perawatan alat pelindung telinga (APT) sehingga dapat memicu sikap positif dan konsisten tenaga kerja untuk selalu menggunakan APT di area kerja bising sehingga efek-efek negatif auditory maupun non auditory dari paparan bising dapat di minimalisir.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectINTENSITAS KEBISINGANen_US
dc.subjectNON AUDITORY EFFECTen_US
dc.titleHUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DENGAN KELUHAN NON AUDITORY EFFECT DI AREA TURBIN DAN BOILER PEMBANGKITen_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record