dc.description.abstract | Mitos asal-usul nama-nama desa di Kecamatan Candipuro menarik untuk
diteliti karena memiliki beberapa situs bersejarah, memiliki beberapa versi,
mengandung nilai budaya yang mengajarkan tentang cara hidup, memiliki fungsi
untuk melestarikan mitos asal-usul nama desa, serta memberikan gambaran tentang
eksistensi manusia pada masa lalu yang mengandung nilai-nilai sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai alternatif materi pembelajaran. Oleh karena itu rumusan
masalah yang dibahas, (1) bagaimanakah mitos asal-usul nama-nama desa di
Kecamatan Candipuro, (2) bagaimanakah nilai budaya, (3) bagaimanakah fungsi,
(4) bagaimanakah pandangan masyarakat, dan (5) bagaimanakah pemanfaatan mitos
asal-usul nama-nama desa di Kecamatan Candipuro sebagai alternatif materi
pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan jenis
kualitatif etnografi. Sasaran penelitiannya, masyarakat di Kecamatan Candipuro. Data
diambil dari cerita, informasi tentang nilai dan fungsi, pandangan masyarakat, serta
KD 3.1 dan 4.1 mata pelajaran Bahasa Indonesia SMA. Sumber data berupa semua
hasil observasi, situs bersejarah, hasil wawancara, dan dokumentasi. Teknik
pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Metode penentuan sampel menggunakan sampel teoritis, saksi kunci, dan bola salju.
Data dianalisis dengan teknik reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan atau
verifikasi. Peneliti sebagai instrumen penelitian menggunakan alat bantu berupa
telepon selular merk Nokia tipe RM-827 dan Samsung Galaxy V serta alat tulis.
Prosedur penelitian dilakukan secara berurutan dari tahap persiapan, tahap
pelaksanaan, dan tahap penyelesaian.
ix
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (a) mitos asal-usul nama-nama desa di
Kecamatan Candipuro terdiri dari beberapa versi; (b) sistem penamaannya diambil
dari tempat asal, peristiwa, nama penemu, dan pemendekan, nama desa yang diambil
dari tempat asal antara lain, Desa Candipuro, Sumbermujur, Sumberrejo,
Sumberwuluh, Tambahrejo, dan Tumpeng; pemendekan, yaitu Desa Jugosari;
penemu, yaitu Desa Penanggal; peristiwa, yaitu Desa Kloposawit dan Jarit;
(c) simbolnya berupa benda, bahasa, hewan, tumbuhan, makanan, orang, gunung,
sumber atau mata air, sesaji, dan makam; (d) mengandung nilai budaya tentang nilai
pemanfaatan lingkungan, nilai cinta lingkungan, nilai gotong-royong, nilai religius,
dan nilai moral; (e) serta berfungsi untuk menyadarkan manusia bahwa ada kekuatankekuatan
supranatural, melestarikan cara pemberian nama sebuah desa, penamaan
desa sebagai sarana untuk melestarikan kebudayaan tentang sejarah asal-usul daerah,
dan nama desa dapat digunakan sebagai sarana pendidikan nilai budaya. Masyarakat
memiliki pandangan yang berbeda tentang mitos asal-usulnama desa, ada yang
percaya, tidak percaya mitos namun percaya asal-usulnya, dan menghargainya. Mitos
asal-usul nama desa dapat digunakan sebagai alternatif materi pembelajaran Bahasa
Indonesia jenjang SMA kelas XII dengan Kompetensi Dasar 3.1 memahami struktur
dan kaidah teks cerita sejarah dan 4.1 menginterpretasi makna teks cerita sejarah baik
secara lisan maupun tulisan.
Kesimpulannya, mitos asal-usul nama-nama desa di Kecamatan Candipuro
terdiri dari beberapa versi; sistem penamaan diambil dari tempat asal, peristiwa, nama
penemu, dan pemendekan; mengandung nilai budaya; memiliki fungsi; pandangan
masyarakat berbeda; serta dapat dimanfaatkan sebagai alternatif materi pembelajaran
Bahasa Indonesia jenjang SMA kelas XII. Saran bagi peneliti selanjutnya yang
sebidang ilmu untuk membahas pewarisan, ritual satu suro, dan makna simbol dalam
ritual. Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia agar memanfaatkan mitos asal-usul
nama desa sebagai alternatif materi pembelajaran. Lembaga dinas pariwisata situssitus
bersejarah sebaiknya menggali potensi wisata yang ada di Kecamatan Candipuro
sebagai salah satu tujuan wisata yang menarik untuk dikunjungi. | en_US |