ANALISIS PERANCANGAN BEJANA TEKAN (Shell thicknes, Elipsodial head 2:1, Nozzle neck) PADA SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER TIPE BES
Abstract
Heat exchanger merupakan alat yang berfungsi untuk mentransfer panas dari
media satu ke media lain khususnya untuk media fluida, baik satu fasa maupun
banyak fasa. Salah satu tipe dari heat exchanger adalah tipe shell and tube.
Shell and tube heat exchanger mempunyai banyak tipe, salah satunya tipe BES
(TEMA). Shell and tube heat exchanger tipe BES banyak sekali digunakan di
industri-industri dari pada tipe shell and tube lainnya. Spesifikasi equipment ini dapat
digunakan dalam banyak kondisi. Selain itu penyebab utama equipment ini sering
digunakan adalah dari segi perawatan yang lebih dapat dikontrol.
Dalam perancangan desain biasanya engineering design menggunakan standar
sebagai dasar analisis perhitungan. Dalam kenyataannya standar belum dapat
dikatakan sebagai sumber yang riil dalam melakukan suatu perancangan equipment.
Umumnya tolak ukur seorang desainer praktisi adalah standar. Sehingga
kebanyakan seorang desainer praktisi tidak mengetahui seberapa besar nilai tepat
guna suatu alat. Maka dari itu perlu dilakukan suatu pembandingan dengan kondisi
dasar (fundamental), hal ini untuk mengetahui seberapa besar aspek-aspek tambahan
yang diberikan oleh standar.
Dalam penelitian ini dilakukan pembandingan data dari nilai ketebalan,
tegangan longitudinal, tegangan tangensial, dan defleksi, dari mekanikal desain
bejana tekan pada alat penukar kalor tipe BES (heat exchanger) dengan analisa
fundamental (membrane shell analysis) dalam kondisi design pressure maupun
operation pressure.
Dari hasil desain yang dikalkulasikan rata-rata selisih nilai ketebalan pada
kondisi desain adalah 0,565 in dan pada saat kondisi operasi adalah 0,715 in.
Persentase kenaikan nilai ketebalan mekanikal desain terhadap fundamental desain
pada kondisi desain adalah 58% dan pada saat kondisi operasi adalah 77%.
Nilai rata-rata persentase nilai tegangan longitudinal (kondisi design pressure)
pada kondisi baru yaitu 12% dan pada kondisi terkorosi yaitu 22%. Pada saat kondisi
operation pressure, rata-rata persentase nilai tegangan longitudinal pada kondisi baru
yaitu 7% dan pada kondisi terkorosi yaitu 4%.
Terjadi kenaikan nilai tegangan tangensial pada mekanikal desain terhadap
fundamental desain (kondisi design pressure), rata-rata kenaikan nilai tegangan
tangensial pada kondisi baru 13% dan pada kondisi terkorosi 22%. Begitu pula
dengan pada saat kondisi operation pressure, terjadi kenaikan nilai tegangan
tangensial pada mekanikal desain terhadap fundamental desain, rata-rata kenaikan
nilai tegangan tangensial pada kondisi baru 8% dan pada kondisi terkorosi 4%.
Persentase nilai pertambahan radius akibat defleksi pada mekanikal desain
terhadap fundamental desain (pada kondisi design pressure) yaitu pada kodisi baru 69
% dan pada kondisi terkorosi 147 %. Sedangkan pada kondisi operation pressure,
persentase nilai pertambahan radius akibat defleksi pada mekanikal desain terhadap
fundamental desain yaitu pada kondisi baru 90% dan pada kondisi lama sebesar
259%.