PENGARUH PEMBERIAN SUSU KEDELAI DAN MADU LOKAL TERHADAP DENSITAS TULANG PANJANG TIKUS WISTAR JANTAN
Abstract
Densitas atau kepadatan tulang merupakan banyaknya massa tulang per unit
volume tulang. Densitas tulang dapat mengalami penurunan sehingga tidak mampu
menahan tekanan yang mengakibatkan patah atau fraktur. Penurunan densitas dapat
disebabkan beberapa hal, salah satunya adalah usia. Peristiwa tersebut dapat diatasi
dengan cara memperbaiki asupan nutrisi. Salah satu asupan nutrisi yang dapat
dikonsumsi adalah susu kedelai. Susu kedelai banyak mengandung bahan yang
berperan dalam pembentukan tulang, seperti protein (asam amino dan isoflavon),
karbohidrat, vitamin, dan mineral (kalsium dan fosfor). Susu kedelai dapat dibuat dari
banyak varietas, salah satunya varietas kedelai lokal Baluran. Kedelai lokal memiliki
beberapa keunggulan diantaranya murah, mudah diperoleh, pengolahan lebih mudah
dan cepat. Penambahan madu (madu kopi) pada susu kedelai diharapkan dapat
membantu meningkatkan densitas tulang, sebab madu juga mengandung banyak zat
gizi seperti protein (enzim), karbohidrat, dan vitamin. Kandungan tersebut diduga
dapat bersifat akumulatif dan saling bersinergi dengan kandungan dalam susu kedelai.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui densitas tulang panjang tikus wistar jantan
setelah pemberian susu kedelai dan madu lokal.
Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratoris yang dilakukan di
Laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember dan Badan
Pengamanan Fasilitas Kesehatan Surabaya. Rancangan penelitian The post only
control group design. Penelitian ini, dibagi menjadi kelompok kontrol (K) dan tiga
kelompok perlakuan (P). Sampel yang digunakan yaitu tikus putih galur wistar jantan
(Rattus norvegiccus) sebanyak 20 ekor, dengan pembagian tiap kelompok terdiri dari
lima ekor tikus sesuai kriteria sampel yang telah ditentukan. Penimbangan berat
badan tikus dilaksanakan setiap hari untuk konversi dosis pemberian saline, susu kedelai lokal, susu kedelai madu lokal, dan madu, yaitu 0,004 ml/gram BB.
Kelompok perlakuan diberi susu kedelai lokal, susu kedelai madu lokal, dan madu
dengan sondase lambung dua kali sehari. Setelah 40 hari, tikus dieustasi dan
dilakukan pengukuran nilai densitas menggunakan densitometer.
Hasil yang diperoleh adalah nilai berupa rata-rata absorbsi sinar yang diterima
setiap kelompok, dengan perincian untuk kelompok K=1,18; P
=0,93;
P
2
viii
1
=0,72. Hasil ini menunjukkan terdapat perbedaan pada setiap kelompok, nilai
absorbsi sinar-x yang semakin kecil menandakan nilai densitas tulang yang semakin
besar. Data kemudian dianalisa dengan uji homogenitas dan normalitas, dengan hasil
yang didapat data telah normal dan homogeny. Kemudian dilanjutkan dengan uji
ANOVA. Hasil yang diperoleh adalah nilai p=0,004 yang menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan minimal satu pasang kelompok yang berbeda antara susu kedelai
lokal, susu kedelai madu lokal, dan madu. Uji dilanjutkan untuk mengetahui
kelompok yang memiliki perbedaan dengan uji Multiple Comparisons. Hasil yang
didapat menunjukkan kelompok susu kedelai dan madu lokal memiliki perbedaan
dengan kelompok lain. Nilai yang diperoleh menunjukkan densitas tulang kelompok
susu kedelai dan madu lokal paling baik daripada kelompok lainnya. Hal ini dapat
terjadi dikarenakan kandungan zat gizi dalam susu kedelai yang dibutuhkan untuk
metabolisme tulang seperti isoflavon, asam amino, kalsium, fosfat, dan vitamin lebih
banyak dibandingkan dengan kelompok lain. Kandungan gula dan enzim dalam madu
dapat mempercepat proses metabolisme tulang yang menyebabkan densitas tulang
menjadi lebih meningkat. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan pemberian
susu kedelai dan madu lokal dapat meningkatkan densitas tulang panjang tikus wistar
jantan.
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2062]