dc.contributor.author | Luh Putu Suciati | |
dc.date.accessioned | 2015-11-25T03:18:37Z | |
dc.date.available | 2015-11-25T03:18:37Z | |
dc.date.issued | 2015-11-25 | |
dc.identifier.uri | http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/64816 | |
dc.description | Info lebih lanjut hub:
Lembaga Penelitian Universitas Jember
Jl. Kalimantan No.37 Telp. 0331-339385 Fax. 0331-337818 Jember | en_US |
dc.description.abstract | Penerapan intensifikasi padi menggunakan metode SRI (System of Rice Intensification) kurang diminati petani terkait resiko dan kurangnya dukungan kelembagaan. Oleh karena itu tujuan penelitian ini hendak menjawab beberapa permasalahan terkait (1) penerapan System of Rice Intensification pada beberapa kelompok tani di Daerah Irigasi Jatiluhur; (2) penerapan pola kontrak, hubungan agency dan biaya transaksi ekonomi terkait System of Rice Intensification dan (3). rekonstruksi kelembagaan untuk mendorong penerapan System of Rice Intensification.
Hasil penelitian tentang kelembagaan tata kelola sumberdaya air menunjukkan bahwa peran stakeholder terkait regulasi ditingkat nasional adalah Bappenas dan Dirjen Sumberdaya Air Kementrian Pekerjaan Umum. Peran sebagai regulator sekaligus operator adalah BBWS Citarum ditingkat nasional dan ditingkat provinsi/kabupaten adalah Dinas PSDA dan PJT II di bawah koordinasi kementrian BUMN dan kementrian PU. Pengguna sumberdaya air terkait kebutuhan tanaman pangan adalah Kementrian Pertanian Dirjen PSP ditingkat nasional dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan ditingkat kabupaten. Pengguna sektor perkotaan adalah PD PAM Jaya DKI Jakarta melalui rekanan PT Palyja dan PT Aetra. Tiap stakeholder yang berperan dalam regulasi memiliki program dan kebijakan tata kelola air yang arahnya mendukung penerapan intensifikasi padi SRI terkait tupoksinya, namun kebijakan yang dilakukan cenderung belum dikoordinasikan dengan baik
Penerapan tata kelola sumberdaya air di tingkat mikro terkait penggunaan air irigasi melibatkan peran hubungan agency komunitas petani. Biaya agency yang rendah di tingkat petani menentukan keberhasilan penerapan metode SRI. Kerjasama pengelolaan lahan pola bagi hasil banyak dipilih salah satunya karena sharing resiko dan biaya transaksi yang moderat/sedang. Penerapan intensifikasi padi metode SRI memerlukan sejumlah biaya transaksi yang nilainya lebih tinggi pada awal penerapan (ex ante) daripada pengeluaran ex post.. Faktor determinan keberlanjutan aplikasi SRI adalah mekanisme hubungan agency antara pemilik sumberdaya dan penggarap, pendapatan diluar usahatani padi, peningkatan produksi dan faktor biaya transaksi ekonomi.
Konstruksi kelembagaan tata kelola sumberdaya air untuk mendorong intensifikasi padi metode SRI menggunakan skema jasa lingkungan transfer air baku antara petani, PJT II dan PAM Jaya. Pada skala makro dibutuhkan peran PJT II sebagai mediator antara pembeli sumberdaya air (PAM Jaya) dan penyedia sumberdaya air (Petani). Tata kelola tingkat regional kabupaten membutuhkan peran forum regional SRIPES di bawah pengawasan Komisi Irigasi Kabupaten. Skema Imbal jasa lingkungan transfer sumberdaya air dikategorikan Prisoner Dilema game. Strategi dominan player jika bersifat individu cenderung free rider dengan tidak memberikan insentif jasa lingkungan. Strategi optimal untuk mengurangi free rider dan mewujudkan imbal jasa lingkungan transfer air adalah penerapan mekanisme pasar jasa lingkungan melalui kerjasama dengan jaminan penegakan aturan yang kredibel melalui tahapan fase-fase adaptasi. | en_US |
dc.description.sponsorship | Disertasi Doktor"150 | en_US |
dc.language.iso | other | en_US |
dc.publisher | Fak. Pertanian'14 | en_US |
dc.relation.ispartofseries | Disertasi Doktor;150 | |
dc.subject | System of Rice Intensification | en_US |
dc.subject | kelembagaan | en_US |
dc.subject | sumberdaya air | en_US |
dc.title | Rekonstruksi Kelembagaan Mendukung Penerapan System of Rice Intensification Di Daerah Irigasi Jatiluhur | en_US |