ANALISIS KETIDAKADILAN GENDER DALAM NOVEL MEMOIRS OF A GEISHA KARYA ARTHUR GOLDEN
Abstract
Karya sastra adalah ekspresi, curahan atau ungkapan perasaan sebagai produk
imajinasi pengarang yang bekerja dengan persepsi-persepsi, pikiran-pikiran, dan
perasaaan-perasaan (Pradopo, 1993:27). Karya sastra merupakan hasil kreatif dan
imajinatif pengarang yang dituangkan ke dalam bahasa yang menarik. Karya sastra
diciptakan oleh pengarang berdasarkan kehidupan dan realitas sosial masyarakat
sehingga karya sastra dapat memberikan sesuatu yang berharga bagi pembacanya.
Kenyataan tersebut merupakan refleksi dari konsepsi Horace (dalam wellek dan
Werren, 1989:25) yang menyatakan bahwa seni bersifat dulce et utile yang berarti
menyenangkan dan berguna.
Novel merupakan proses rekaan yang menyuguhkan tokoh-tokoh dan
menampilkan serangkaian peristiwa-peristiwa serta latar secara tersusun (Sudjiman,
1990:55). Novel sebagai salah satu karya fiksi menawarkan sebuah dunia, yaitu dunia
yang berisi model kehidupan yang diidealkan, berupa dunia imajinatif yang dibangun
melalui berbagai unsur instrinsik seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang,
dan sebagainya (Nurgiyantoro, 1994:4).
Pengarang merupakan bagian dari masyarakat. Pengarang melalui karyanya
dapat mempengaruhi pola pikir dan emosi pembaca. Oleh karena itu, karya sastra
juga dapat dijadikan sebagai sarana kritik terhadap masalah-masalah yang terjadi di
dalam suatu masyarakat.
Dalam kajian ini yang dianalisis adalah novel Memoirs of a Geisha karya
Arthur Golden. Arthur Golden lulusan Harvard College tahun 1978, dari jurusan
sejarah kesenian, khususnya kesenian Jepang. Arthur Golden memperoleh gelar MA
dalam bidang sejarah Jepang dari Columbia University pada tahun 1980. Arthur
Golden menulis novel Memoirs of a Geisha dari sudut pandang perempuan. Arthur