Show simple item record

dc.contributor.authorAfirotul Hairiyah Farid
dc.date.accessioned2013-12-09T02:07:56Z
dc.date.available2013-12-09T02:07:56Z
dc.date.issued2013-12-09
dc.identifier.nimNIM070110201065
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/6386
dc.description.abstractUpacara pèlèt kandung (upacara kandungan usia tujuh bulan) adalah salah satu upacara tradisional masyarakat Madura yang sangat unik, karena di dalamnya terdapat sesaji-sesaji, serangkaian ritual, dan pantangan-pantangan yang harus dilakukan, baik oleh perempuan yang hamil (calon ibu) maupun oleh keluarganya. Rangkaian ritual tersebut biasanya dipimpin oleh dukun beranak (dhukon rèmbi’), yang mengurus perempuan yang hamil sampai melahirkan. Upacara pèlèt kandung pada masyarakat Madura di desa Sidomulyo, Kecamatan Silo, Kabupaten Jember sudah hampir punah, namun sebagian masyarakat masih ada yang melakukannya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna, penggunaan, dan bentuk istilah-istilah dalam upacara pèlèt kandung dengan kajian etnolinguistik. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai rujukan bagi pengajar dan pelajar yang mempelajari bahasa Madura. Penelitan ini dilakukan dengan tiga tahap, yaitu: (1) penyediaan data, yang dilakukan dengan metode cakap (wawancara), teknik catat dan teknik rekam; (2) penganalisisan data, yang dilakukan dengan mengelompokkan istilah-istilah tersebut berdasarkan kelas kata atau jenis frasenya, kemudian dilanjutkan dengan mendeskripsikan makna dan penggunaannya berdasarkan tahapan pelaksanaannya; dan (3) penyajian data, yang dilakukan secara informal dan secara formal. Jumlah informan dalam penelitian ini berjumlah tiga orang dengan penambahan dua orang informan. Upacara pèlèt kandung terdiri atas lima tahap, yaitu: (1) tahap persiapan; (2) tahap micet tabu’ (pijat perut); (3) tahap ngaji; (4) tahap sèraman (pemandian); dan viii (5) tahap selametan (kenduri). Tiap-tiap tahap terdapat istilah-istilah yang berupa kata benda, kata kerja, frase nominal, dan frase verbal. Istilah-istilah khusus yang digunakan pada upacara pèlèt kandung antara lain, dhukon rèmbi’, andhek, jhâmo lep-cellep, mènnya’ klettek, ngènom lèmbur, cantèng yang terbuat dari ranca’ bringèn dan nyèor ghâdding. Pantangan-pantangan bagi perempuan yang hamil dan suaminya, selalu ditaati karena mereka percaya bahwa pelanggaran larangan ini akan menimbulkan kesulitan bagi bayi dan keluarganya. Pantangan-pantangan tersebut biasanya hanya sekedar mitos, tetapi dengan adanya kepercayaan pada nenek moyang dan kentalnya kebudayaan, maka masyarakat di Desa Sidomulyo ini mempercayainya. Misalnya, perempuan yang hamil tidak boleh mowang aèng panas [mɔwaŋ aεŋ panas] yaitu ‘membuang air panas’ tanpa dicampur air dingin terlebih dahulu, yang mengakibatkan anaknya akan memiliki sifat pemarah.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries070110201065;
dc.subjectUpacara Pèlèt Kandung, Masyarakat Maduraen_US
dc.titlePEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM UPACARA PÈLÈT KANDUNG PADA MASYARAKAT MADURA DI KECAMATAN SILO, KABUPATEN JEMBER: KAJIAN ETNOLINGUISTIKen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record