dc.description.abstract | Tanaman singkong (Manihot esculenta Crantz), di Indonesia, merupakan sumber karbohidrat ketiga dan dimanfaatkan sebagai bahan baku industri. Ekstensifikasi budidaya singkong dilakukan dengan memanfaatkan lahan marjinal, diantaranya lahan dengan kadar garam NaCl tinggi (lahan salin). Selain itu, saat ini garam juga mulai mencemari lahan non pesisir yang tadinya subur. Hal ini menimbulkan ancaman serius karena dapat mengurangi produktivitas pertanian. Dalam rangka memanfaatkan lahan salin di pesisir maupun mengatasi lahan yang tercemar garam, dibutuhkan varietas-varietas yang memiliki toleransi terhadap garam (NaCl). Penelitian ini bertujuan untuk menemukan dan mengidentifikasi varietas yang toleran terhadap cekaman garam, dengan mengamati respon morfologinya. Hasil pelitian menunjukkan bahwa Semakin tingggi kadar garam, maka makin banyak tanaman singkong yang layu dan mati. Hanya V15 yang tahan pada kondisi kadar garam 30 ppm. Selain itu, V3 (Adira 1), V9 (CMM99008-3), V17 (varietas lokal dari peisisr situbondo) dan V18 (varietas lokal dari pesisir pantai di Jember) terindikasi sebagai varietas yang jumlah akarnya adaptif terhadap lingkungan yang salin.
Kata kunci : singkong, morfologi, cekaman garam | en_US |