dc.description.abstract | Dilatarbelakangi logika hegemonik wacana kolonialisme dalam budaya masyarakat pascakolonial saat ini, penelitian ini berupaya mengkaji wacana Sang Lain dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk (RDP) karya Ahmad Tohari dalam perspektif poskolonial. Pokok bahasan penelitian ini adalah unit tematik berkaitan dengan penyajian streotipisasi Timur. Streotipisasi berkenaan kontrol Barat-sentris tentang “kelainan” Timur. Logika Barat-sentris dimaksud adalah warisan pengetahuan kolonialisme yang berkembang sebagai sebuah kultur “baru” dalam pengetahuan Timur, yang dipahami sebagai sebuah dampak.
Asumsi dasar penelitian: (1) RDP, dengan gaya emansipatif, dalam relasi Timur (tradisional) >< Barat (modern), cenderung menempatkan identitas Timur, dalam hal ini tradisi dukuh Paruk, sebagai other, (2) wacana sang lain, dengan demikian, mengimplikasikan ciri statis wacana kolonial di mana “Barat” (self) adalah superior, dan “Timur” (other) adalah inferior.
Dalam konteks poskolonial, (1) RDP dengan sifat kritisnya yang berupaya “menyuarakan” tradisi dan budaya yang terpinggirkan, justru mempertahankan stigma yang cenderung rasis, dan (2) hal itu menunjukkan bahwa efek kolonialisme masih kuat menghegemoni khususnya dalam karya sastra. Penelitian ini secara garis besar mengkritisi bahwa representasi wacana Sang Lain dalam novel ini justru melanggengkan hegemoni wacana kolonial, dalam mana Timur menimurkan Timur.
Kata kunci: Novel, Tema, Sang Lain, Streotipisasi, Poskolonialisme | en_US |