dc.description.abstract | Bahan komposit merupakan gabungan dari dua atau lebih material yang
berbeda menjadi suatu material baru dengan sifat fisik yang lebih baik, dimana
masing-masing berfungsi sebagai matrik dan penguat. Matrik merupakan struktur
komposit yang mengikat bagian penguat dan berfungsi untuk melindungi penguat
dari kerusakan akibat benturan. Salah satu kelemahan dari bahan komposit adalah
susahnya terdegradasi secara alami setelah masa pemakaian. Oleh karena itu
diperlukan bahan penyusun komposit yang ramah lingkungan dan dapat terdegradasi
secara alami. Sehingga, dalam penelitian ini dilakukan modifikasi serbuk susu kedelai
MDL 525 dengan larutan gliserin dan glutaraldehide untuk mendapatkan resin alami
yang akan digunakan sebagai matrik dan serat luffa acutangula sebagai penguat. Serat
yang terdapat pada luffa acutangula dimanfaatkan sebagai sabut cuci oleh mayarakat.
Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan bahan komposit dengan penguat serat
luffa acutangula dan matrik modifikasi serbuk susu kedelai MDL 525 sehingga dapat
diketahui sifat mekanik, kekuatan tarik, dan keuletan bahan komposit hasil sintesis.
Hasil penelitian diharapkan bahan komposit tersebut mempunyai sifat mekanik dan
biodegradasi yang lebih baik dari bahan lain dengan penguat dan matrik yang
berbeda.
Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material Jurusan Fisika Fakultas
MIPA Universitas Jember dan Laboratorium Kemasan Jurusan Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Jember. Ada dua tahapan yang dilakukan dalam
penelitian ini, tahap pertama mensintesis bahan komposit yang terdiri dari pengolahan
serat luffa acutangula, membuat resin menggunakan bahan serbuk susu kedelai MDL
525 yang dimodifikasi dengan larutan gliserin dan glutaraldehide, dan membuat
bahan komposit dengan penambahan serat sebanyak 10%, 20%, dan 30% dari massa
serbuk susu kedelai. tahap kedua yaitu pengujian bahan komposit yang terdiri dari
pengujian tarik dengan menggunakan mesin uji TM 113 Universal 30 KN, pengujian
morfologi menggunakan mikroskop optik, dan pengujian biodegradasi dengan
metode landfill dengan kedalaman ±15 cm selama 30 hari. Dari tahap pengujian yang
disebutkan diatas, didapatkan grafik hubungan antara tegangan tarik (σ) dan regangan
(ε), kekuatan tarik (σ) dan modulus elatisitas (E) dengan metode offset, derajad
degradasi (dG), serta struktur morfologi sebelum dan sesudah uji biodegradasi untuk
masing-masing pertambahan serat luffa acutangula yaitu 10%, 20%, dan 30%.
Setelah dilakukan uji morfologi, penambahan serat luffa acutangula sebanyak
10% mempunyai bintik coklat kekuningan lebih sedikit dibandingkan dengan
penambahan serat sebanyak 20% dan 30% dari massa bubuk susu kedelai. Untuk
kekuatan tarik dan modulus elastisitas bahan komposit dengan penambahan serat
sebanyak 30% memiliki tertinggi yaitu 1,63 MN/m
2
dengan modulus elastisitas 35
MN/m
2
. Disusul oleh penambahan serat luffa acutangula 20% dan 10% yang masingmasing
mempunyai
nilai
0,93
MN/m
2
dan 0,62 MN/m
2
dengan modulus elastisitas 22
MN/m
2
dan 16 MN/m
2
. Hal tersebut menunjukkan bahwa penambahan serat luffa
acutangula pada penelitian ini mampu meningkatkan kekuatan tarik dan modulus
elastisitas bahan komposit hasil sintesis. Selanjutnya, Kemampuan biodegradasi
dengan penambahan serat 10% mempunyai deradat degradasi paling tinggi yaitu
sebesar 10,30% dibandingkan 20% dan 30% yang masing-masing mempunyai nilai
8,15% dan 7,53%. Ini menunjukkan bahwa matrik yang digunakan lebih mudah
terbiodegradasi bila dibandingkan dengan penguat serat luffa acutangula. | en_US |