LAKON JINGGOAN: KONSTRUKSI “PAHLAWAN” DAN PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS LOKALITAS (Tahun ke 2 dari rencana 2 tahun)
Abstract
Teks lakon Minakjinggo memperlihatkan sebuah konstruk yang dibangun masyarakat yang "dirugikan" oleh adanya konstruk tersebut. Sebuah pertarungan konstruk diartikan sebagai wacana kekuasaan. Ada versi yang melukiskan Menakjinggo tokoh yang baik, tidak merebut Kencanawungu, dan tidak menyerang Majapahit. Ia juga tidak mati secara nista, melainkan secara ksatria. Versi yang lain justru sebaliknya, lakon pro dan kontra masih berlangsung hingga kini.Penegasan identitas diri sangat urgen bagi masyarakat Using. Di samping melalui pembakuan bahasa dan sastranya, mereka membangun dan mengembangkan kesenian. Sebuah fenomena yang menarik, cerita legendaris Damarwulan-Menakjinggo yang diilhami kisah perang Paregreg yang kemudian sering dilakonkan dalam pertunjukan Jinggoan (Damarwulan) dengan cerita yang merendahkan martabat rakyat Blambangan justru sangat digemari oleh masyarakat Using Banyuwangi selama bertahun-tahun. Implikasi cerita tersebut membuat masyarakat Using memikul beban yang mendalam sampai mengidap gejala psikologis inferiority complex atau sindroma rendah diri, seolah-olah berprototipe jahat, pemberontak, dan mabuk kekuasaan seperti halnya Menakjinggo. Penelitian menggunakan kajian etnografi, analisis secara terus-menerus dilakukan selama di lapangan selama dua tahun. Analisis etnografis berangkat dari keyakinan bahwa seorang informan memahami serangkaian kategori kebudayaannya, mempelajari relasi-relasinya, dan menyadari atau mengetahui hubungan dengan keseluruhannya.
Kata kunci: Jinggoan, kultural, Using
Collections
- LRR-Hibah Bersaing [348]