dc.description.abstract | Berdasarkan hasil wawancara terbatas yang telah dilakukan dengan guru IPAfisika
kelas VII MTs Negeri Jember 1 pada hasil UAS tahun ajaran 2013/2014
semester 1, menyatakan bahwa hasil belajar IPA-fisika siswa masih tergolong rendah.
Hal ini terbukti dari hasil belajar siswa masih ada yang di bawah KKM 75.
Permasalahan yang demikian dapat disebabkan oleh adanya ketidakcocokan model
atau metode pembelajaran yang digunakan oleh guru yang bersangkutan dan siswa
masih cenderung dijadikan sebagai objek mengajar guru, sehingga siswa tidak banyak
terlibat dalam proses pembelajaran dan keaktifan kelas sebagian didominasi oleh
guru. Faktor-faktor tersebut membuat siswa menganggap pelajaran IPA-fisika sulit
dan membosankan sehingga siswa kurang berminat dan antusias untuk mempelajari
IPA-fisika. Berbagai faktor penyebab rendahnya hasil belajar IPA-fisika tersebut,
penulis berasumsi bahwa faktor utama adalah model dan metode mengajar yang
digunakan dalam pembelajaran kurang bervariasi. Sehingga alternatif solusi
penelitian ini menggunakan model discovery learning. Oleh karena itu, dilakukan
penelitian mengenai model discovery learning.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh model discovery
learning terhadap keterampilan proses sains siswa pada mata pelajaran IPA-fisika di
MTs Negeri Jember 1 dan mengkaji pengaruh model discovery learning terhadap
hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA-fisika di MTs Negeri Jember 1.
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang dilaksanakan di MTs
Negeri Jember 1. Sebelum menentukan sampel, dilakukan uji homogenitas terhadap
populasi kelas VII sebanyak 7 kelas dan diambil 2 kelas sebagai kelas eksperimen
vii
dan kelas kontrol. Penentuan sampel penelitian menggunakan cluster random
sampling. Desain penelitian menggunakan post-test control group. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi tes, observasi, portofolio,
dokumentasi, dan wawancara. Sumber data berasal dari penilaian oleh peneliti,
penilaian observer, dan post-test. Sebelum melakukan uji t, dilakukan uji normalitas
terlebih dahulu. Selanjutnya dilakukan uji t untuk menguji hipotesis penelitian
menggunakan analisis Independent Sample T-Test dengan bantuan program SPSS 16
untuk menjawab rumusan masalah.
Berdasarkan hasil analisis keterampilan proses sains diperoleh nilai rata-rata
keterampilan proses sains siswa pada kelas eksperimen sebesar 86,78 dan kelas
kontrol sebesar 74,59. Adapun hasil keterampilan proses sains berdasarkan hasil
analisis Independent Sample T-Test diperoleh t
viii
test
sebesar 8,398, maka t
= 8,398 >
t
= 2,000. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan proses sains siswa pada
kelas eksperimen yang menggunakan model discovery learning lebih baik daripada
keterampilan proses sains siswa pada kelas kontrol yang tidak menggunakan model
discovery learning. Selanjutnya hasil analisis hasil belajar diperoleh nilai rata-rata
hasil belajar siswa pada kelas eksperimen sebesar 85,23 dan kelas kontrol sebesar
73,52. Adapun hasil belajar berdasarkan hasil analisis Independent Sample T-Test
diperoleh t
0,05(62)
test
sebesar 8,387, maka t
test
= 8,387 > t
= 2,000. Hal ini menunjukkan
bahwa hasil belajar siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan model discovery
learning lebih baik daripada hasil belajar siswa pada kelas kontrol yang tidak
menggunakan model discovery learning.
0,05(62)
Berdasarkan analisis data, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah: (1)
Model discovery learning berpengaruh terhadap keterampilan proses sains siswa pada
mata pelajaran IPA-fisika; dan (2) Model discovery learning berpengaruh terhadap
hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA-fisika. | en_US |