dc.contributor.author | Widjonarko | |
dc.date.accessioned | 2015-05-22T07:39:18Z | |
dc.date.available | 2015-05-22T07:39:18Z | |
dc.date.issued | 2015-05-22 | |
dc.identifier.uri | http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/62504 | |
dc.description.abstract | Keterbatasan daya listrik bagi Provaider Telekomunikasi menjadi permasalahan yang sangat komplek terutama pada BTS (Base Transceiver Station) remote area yang menerapkan sistem catu daya bergantian antara PLN dan genset dengan kombinasi 12 jam PLN ON/ Genset OFF dan 12 jam Genset ON/ PLN OFF, dan pemanfaatan kerja baterai hanya sebagai backup emergensi saja disaat PLN OFF/ Fail dan Genset akan ON, ditambah permasalahan kwalitas tegangan yang relatif fluktuatif akibat jauh dari penyulang dan hidupnya beban secara bersamaan yang mengakibatkan terjadinya overcurrent (trip protection).
Mengatasi permasalahan tersebut diperlukan desain sistem pengaturan beban (Power Management) dengan mendeteksi power treshold atau limit current tidak melebihi nilai setting dan menentukan daya sisa dari beban yang belum hidup dan pengoptimalan kerja baterai charge and discharge melalui pengontrolan kapasitas baterai menggunakan metode SOC (state of charge) serta mengubah baterai sebagai catu daya kedua setelah PLN OFF dan Genset menjadi catu daya emergensi.
Hasil perancangan sistem desain pengaturan kombinasi tahapan prioritas beban utama ON dan beban kondisonal yang hidup berdasarkan perubahan arus charge ke baterai yang semakin kecil dan menghindari terjadinya trip proteksi. Batasan setting SOC 60%-90% yang tepat dapat mengoptimalkan kerja baterai saat charge discharge dengan mengatur waktu saat charge Ibost efektif 4 jam dan discharge efektif 8 jam yang dapat mengurangi kerja genset secara teknis memperpanjang masa pakai genset dan penghematan bahan bakar.
Keterbatasan daya listrik bagi Provaider Telekomunikasi menjadi permasalahan yang sangat komplek terutama pada BTS (Base Transceiver Station) remote area yang menerapkan sistem catu daya bergantian antara PLN dan genset dengan kombinasi 12 jam PLN ON/ Genset OFF dan 12 jam Genset ON/ PLN OFF, dan pemanfaatan kerja baterai hanya sebagai backup emergensi saja disaat PLN OFF/ Fail dan Genset akan ON, ditambah permasalahan kwalitas tegangan yang relatif fluktuatif akibat jauh dari penyulang dan hidupnya beban secara bersamaan yang mengakibatkan terjadinya overcurrent (trip protection).
Mengatasi permasalahan tersebut diperlukan desain sistem pengaturan beban (Power Management) dengan mendeteksi power treshold atau limit current tidak melebihi nilai setting dan menentukan daya sisa dari beban yang belum hidup dan pengoptimalan kerja baterai charge and discharge melalui pengontrolan kapasitas baterai menggunakan metode SOC (state of charge) serta mengubah baterai sebagai catu daya kedua setelah PLN OFF dan Genset menjadi catu daya emergensi.
Hasil perancangan sistem desain pengaturan kombinasi tahapan prioritas beban utama ON dan beban kondisonal yang hidup berdasarkan perubahan arus charge ke baterai yang semakin kecil dan menghindari terjadinya trip proteksi. Batasan setting SOC 60%-90% yang tepat dapat mengoptimalkan kerja baterai saat charge discharge dengan mengatur waktu saat charge Ibost efektif 4 jam dan discharge efektif 8 jam yang dapat mengurangi kerja genset secara teknis memperpanjang masa pakai genset dan penghematan bahan bakar. | en_US |
dc.description.sponsorship | STTNAS Yogyakarta | en_US |
dc.subject | Power Management (PM) , Charge Discharge (CDC), State Of Charge (SOC), Power Sensor (PS), Threshold Power (Pth), limit current, trip. | en_US |
dc.title | Optimasi Kerja Baterai Charge-Discharge pada Sistem Pengaturan Beban di BTS (Base Transceiver Station) remote area menggunakan Pengaturan Beban Dinamis | en_US |
dc.type | Article | en_US |