MENYERBUKKAN KREATIVITAS: Model Pengembangan Kreativitas Kaum Muda dalam Sanggar Seni Using sebagai Penopang Budaya Lokal dan Industri Kreatif di Banyuwangi
Date
2015-03Author
Andang Subaharianto
Albert Tallapessy
Ikwan Setiawan
Metadata
Show full item recordAbstract
Penelitian ini dirancang untuk memformulasi model alternatif pengembangan kreativitas kaum muda dalam sanggar seni Using yang mampu menjadi penopang bagi pengayaan budaya lokal dan industri kreatif di Banyuwangi. Paling tidak, terdapat tiga fokus bahasan dalam penelitian ini. Pertama, keberadaan sanggar seni Using sebagai institusi kultural dan para aktor penggeraknya dalam konstalasi budaya dan masyarakat Banyuwangi. Kedua, usaha-usaha strategis yang telah dilakukan para aktor dalam sanggar untuk mengembangkan kreativitas kaum muda, utamanya dalam menciptakan karya-karya kreatif berbasis budaya lokal Using—seperti karya tari garapan, karya musik kontemporer, maupun drama tradisional—yang semakin memperkaya budaya Banyuwangi. Ketiga, formulasi model alternatif bagi pengembangan kreativitas kaum kaum muda Banyuwangi dalam menciptakan karya-karya baru, berdasarkan analisis permasalahan, kelemahan, dan kekuatan yang ada di lapangan.
Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik etnografis, sedangkan untuk analisis data-data tersebut digunakan pendekatan postkolonial yang disandingkan dengan konsep-konsep teoretis industri kreatif, khususnya dalam hal kreativitas. Titik tekan pada peran sanggar seni Using, para aktor lokal, dan keterlibatan kaum muda dalam pengembangan kreativitas berbasis budaya lokal merupakan usaha penyerbukan budaya yang diharapkan bisa menjadi tawaran alternatif yang bisa memberikan kontribusi positif bagi iklim industri kreatif di Banyuwangi.
Hasil penelitian adalah, pertama, di Banyuwangi, para seniman yang memiliki sanggar seni, khususnya sanggar tari, memiliki kesadaran kultural untuk terus mengembangkan, memberdayakan, dan menyebarluaskan kesenian tradisional dan budaya lokal Banyuwangi, baik dalam ranah, regional, nasional, maupun global. Kesadaran inilah yang menjadikan mereka merekrut peserta didik dari siswa SD, SMP, SMA, dan mahasiswa. Kedua, pemberian materi dan pengetahuan tari di sanggar merupakan investasi kultural yang dilakukan para seniman Banyuwangi demi mempertahankan kekayaan budaya lokal, meskipun perhatian dari pemerintah daerah sangatlah minim. Ketiga, dalam pelatihan di sanggar terdapat dua model untuk menyerbukkan kreativitas kaum muda, yakni: (1) model pelatihan berorientasi penguasaan skill dan (b) model pelatihan beorientasi regenerasi. Kedua model tersebut, pada dasarnya, memiliki kekuatan untuk terus menyebarluaskan dan menegosiasikan identitas kultural Banyuwangi sekaligus mendapatkan rezeki ekonomi.
Dalam penciptaan tari garapan, para seniman sanggar berpatokan pada beberapa pertimbangan. Pertama, karya-karya mereka selalu merujuk pada kasanah tari tradisional, khususnya gandrung. Kedua, keterbukaan dalam menyerap pengaruh estetik asing merupakan kekuatan tersendiri, tetapi tanpa harus larut dalam makna-makna asing. Ketiga, tari garapan mereka juga bisa dilacak jejak-jejak keterkaitannya dengan peristiwa historis yang berlangsung di Banyuwangi. Dengan cara tersebut, para seniman terus berkarya untuk memperkaya budaya lokal, sekaligus mensosialisasikan kepada generasi muda tentang arti penting lokalitas bagi kehidupan masyarakat.
Kata kunci: sanggar seni Using, kaum muda Banyuwangi, kreativitas, penyerbukan budaya, industri kreatif.
Collections
- LRR-Hibah Unggulan PT [103]