ETNOGRAFI SENI TRADISI DAN RITUAL USING: KEBIJAKAN KEBUDAYAAN DAN IDENTITAS USING
Date
2015-03Author
A. Latief Wiyata
Novi Anoegrajekti
Titik Maslikatin
Sudartomo Macaryus
Metadata
Show full item recordAbstract
Penelitian ini membahas (1) bagaimana etnografi seni pertunjukan Gandrung, Janger, dan Kuntulan serta ritual Seblang dan Kebo-keboan di tengah perubahan sosial budaya di Banyuwangi; (2) bagaimana Using memandang, menyikapi, dan menyiasati ketiga pertunjukan dan kedua ritual sebagai ungkapan identitas dan relasinya dengan modernisasi, agama, dan kebijakan negara; dan (3) bagaimana kebijakan kebudayaan dalam merevitalisasi dan mengembangkan kesenian tradisional dan ritual. Penelitian ini menempatkan seni tradisi Gandrung, Kuntulan, dan Janger serta ritual Seblang dan Kebo-keboan sebagai penanda, secara teoretis mengaitkan hubungan penanda (signifier) dan petanda (signified). Hubungan tersebut tergantung pada ‘the act of sign-i-fying’. Proses signifikasi menjadi penting dalam memperoleh makna hubungan penanda dan petanda. Makna suatu tanda didefinisikan dalam hubungan dengan tanda yang lain. Dengan menganalisis teks-teks yang terkumpul secara semiotis, dapat dijelaskan secara rinci setiap tarik-menarik, perebutan, dan kontestasi berbagai kekuatan sosial dan kultural di Banyuwangi dalam kaitannya dengan representasi identitas Using. Sebagai kajian etnografi, analisis dilakukan terus-menerus selama di lapangan. Identifikasi bagian-bagian, memahami relasi antarbagian, memahami hubungan bagian dengan keseluruhan, dan mengungkapkannya merupakan inti dalam analisis ini. Spradley menyebut analisis etnografi sebagai pemeriksaan ulang terhadap catatan lapangan untuk mencari simbol-simbol budaya (yang biasanya dinyatakan dengan bahasa asli) serta mencari hubungan antarsimbol itu. Analisis etnografis berangkat dari asumsi bahwa informan memahami serangkaian kategori kebudayaannya, mempelajari relasi-relasinya, dan menyadari atau mengetahui hubungan dengan keseluruhannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seni tradisi mengalami pasang-surut. Dalam kondisi surut, seniman berkreasi agar lebih menarik dan diminati masyarakat. Seniman sanggup merespons harapan dan selera masyarakat. Kantong-kantong seni dan penggemar seni tradisi di Banyuwangi bersifat saling menghidupi. Industri rekaman seni tradisi cenderung menggunakan sistem perjanjian putus, seperti tanggapan. Hal itu belum signifikan dalam meningkatkan kesejahteraan seniman. Oleh karena itu, perlu ada pihak ketiga yang menjebatani. Pengembangan industri kreatif yang berkaitan dengan seni tradisi perlu ditingkatkan agar semakin menyejahterakan masyarakat pedukungnya, melalui tahapan penyadaran, sosialisasi, pelatihan, pengorganisasian, dan manajemen industri kreatif.
Kata kunci: seni, budaya, identitas, ritual, tradisi
Collections
- LRR-Hibah Unggulan PT [103]