dc.description.abstract | Pabrik gula (PG) di Indonesia masih mengolah tebu untuk menghasilkan gula pasir saja atau sebagai produk tunggal (single product industry). Padahal tebu juga dapat digunakan untuk menghasilkan berbagai produk turunan yang lain. Berbagai produk yang bisa diciptakan dari tebu/sebagai produk turunan tebu (PDT) yaitu bioethanol dari tetes, kampas rem dari ampas, pupuk dari blotong ataupun bioethanol dari ampas.
Di banyak negara produsen gula telah melakukan diversifikasi produk gula guna menyiasati penurunan harga gula, menekan ongkos produksi, memperluas pasar, serta mengurangi resiko kerugian PG. Ketergantungan yang besar terhadap produk tunggal gula Kristal, PG tidak punya produk alternative yang dapat mengkompensasi kerugian yang ditimbulkan akibat fluktuasi harga gula dan kurang efisiennya kondisi PG-PG yang ada di Jawa Timur.
Revitalisasi Industri Gula Nasional (RIGN) tidak saja memfokuskan pada pencapaian swasembada Gula tetapi produk bioethanol yang sudah dimasukkan dalam roadmap industry gula nasional mendapatkan porsi perhatian yang sama seperti pencapaian swasembada gula. Sehingga pengolahan PDT dapat lebih berkembang.
Tebu sebagi bahan baku PDT di Jawa Timur tersedia cukup banyak, mengingat Jawa Timur menyumbang 49% tebu Nasional. Jika produk samping sisa pengolahan gula tidak dimanfaatkan, sangat disayangkan. Sedangkan sumbangan PDT1 terhadap PDRB Jatim tahun 2010 sebesar 0.00020%. Sumbangan ini tetapi belum memasukkan pajak PPh petani dari gula dan Pajak Badan PG dari PDT1.
Kata Kunci: Potensi PDT, PG, PDRB dan RIGN | en_US |