PENGARUH POLA PEMBERIAN ASI TERHADAP LAMA AMENORE POSTPARTUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS AJUNG
Abstract
Kecamatan Ajung pada tahun 2012 sampai dengan 2013 tercatat tidak ada
sama sekali ibu yang menggunakan KB pascapersalinan dan pascakeguguran. Ibu
yang tidak menggunakan KB pascapersalinan berisiko tinggi mengalami kehamilan
pascapersalinan. Hal ini berisiko tinggi terhadap kematian maternal karena ibu setelah
melahirkan memerlukan 2 atau 3 tahun untuk dapat memulihkan kondisi tubuhnya
dan mempersiapkan diri untuk persalinan berikutnya. Ketidaksuburan ibu yang tidak
memakai kontrasepsi setelah melahirkan ditandai dengan ibu mengalami amenore
postpartum. Semakin lama ibu memberikan ASI eksklusif, semakin lama pula ibu
mengalami infertil yang ditandai dengan semakin lama ibu mengalami amenore. Oleh
kerena itu, ibu yang menyusui dapat dimanfaatkan sebagai kontrasepsi sementara
pascapersalinan. Dengan demikian, lama amenore postpartum pada ibu menyusui
penting untuk diteliti karena dengan mengetahui lama amenore postpartum dapat
membantu petugas kesehatan mengetahui awal terjadinya ovulasi setelah melahirkan
yang diketahui melalui awal kembalinya menstruasi yang terjadi pada ibu menyusui.
Hal ini dapat dijadikan acuan batas waktu keefektifitasan pemanfaatan menyusui
sebagai metode kontrasepsi dalam melindungi terjadinya konsepsi, serta dapat
menentukan waktu yang tepat penggunaan kontrasepsi pada ibu menyusui.
Tujuan penelitian ini untuk menganalis pengaruh pola pemberian ASI terhadap lama
amenore postpartum. Penelitian ini merupakan penelitian analititik dengan disain
kohort. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang memiliki hari
perkiraan melahirkan di bulan April 2014 yang bertempat tinggal di wilayah kerja
ix
Puskesmas Ajung. Sebanyak 24 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak
memenuhi kriteria eksklusi diikuti dari hamil sampai dengan anak yang dilahirkannya
berumur 4 bulan. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah bersedia mengikuti
penelitian. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini meliputi bayi dan ibu meninggal
dunia pada saat penelitian berlangsung, memiliki keterbatasan tuna aksara, tidak
memberikan ASI sama sekali pada bayinya sebelum bayi berumur 4 bulan, ibu yang
tercatat melahirkan bulan April 2014 tetapi melahirkan sebelum dan sesudah bulan
April 2014. Sumber data menggunakan data primer diperoleh dari hasil observasi,
wawancara, pencatatan dan pengamatan mulai dari ibu melahirkan sampai dengan
bayi berumur 4 bulan. Data dianalisis menggunakan uji Cox Regression Proportional
Hazard.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa semakin lama ibu memberikan ASI
eksklusif, maka amenore yang dialami ibu akan semakin lama. Selain itu, amenore
postpartum lebih lama dialami oleh ibu yang tidak memberikan tambahan makanan
dan minuman sampai dengan bayi berumur 120 hari atau 4 bulan dengan frekuensi
ibu menyusui ≥10 kali per hari, durasi menyusui >10 menit dalam sekali susuan.
Berdasarkan karakteristik responden ibu yang memiliki paritas ≥3 anak, dan
menggunakan kontrasepsi progestin sebelum bayi berumur 120 atau 4 bulan memiliki
amenore yang lebih lama, akan tetapi pendidikan dan umur reponden tidak
berpengaruh terhadap lama amenore. Variabel yang memiliki pengaruh paling
dominan terhadap lama amenore adalah paritas ibu ≥3 anak dan durasi ibu menyusui
> 10 menit dalam sekali susuan. Pada setiap posyandu wilayah kerja Puskesmas
Ajung diharapkan dibentuk kelompok peduli ASI, sehingga dapat mendampingi dan
membantu mengatasi kesulitan ibu dalam memberikan ASI eksklusif. Dinas
Kesehatan Kabupaten Jember diharapkan memberikan himbauan untuk memfasilitasi
ruangan khusus bagi ibu menyusui di tempat–tempat umum dan tempat kerja.
Masyarakat diharapkan tidak memberikan tambahan makanan ataupun minuman
sampai dengan bayi berumur 6 bulan. Dengan demikian, ibu yang memberikan ASI
eksklusif dapat dimanfaatkan sebagai kontrasepsi.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]