FORTIFIKASI DAUN MURBEI (Morus multicaulis Raf.) MENGGUNAKAN GLISIN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ULAT SUTERA ALAM (Bombyx mori Linn.)
Abstract
Daun murbei merupakan satu-satunya makanan ulat sutera. Status nutrisi daun
murbei dapat ditingkatkan dengan menambahkan nutrisi pada daun murbei atau
disebut dengan fortifikasi. Salah satu penambahan gizi yang dapat diberikan adalah
asam amino glisin karena glisin merupakan bahan dasar kokon. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh daun murbei yang difortifikasi dengan glisin
terhadap pertumbuhan dan perkembangan Bombyx mori Linn., dan mengetahui
konsentrasi glisin yang dibutuhkan untuk mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan Bombyx mori Linn. secara maksimal.
Jenis penelitian ini penelitian eksperimental dengan rancangan RAK yang
mendeskripsikan pengaruh fortifikasi daun murbei (Morus multicaulis Raf.) terhadap
pertumbuhan dan perkembangan ulat sutera (Bombyx mori Linn.). Analisis data yang
digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan uji Anova Univariate, jika hasilnya
berpengaruh secara signifikan dilanjutkan dengan uji Duncan dengan taraf signifikan
5%. Penelitian dilakukan bulan September-Oktober 2014 di Instalasi Kebun
Agrotechnopark Universitas Jember di Jubung, Jember. Larva mulai diberi perlakuan
saat awal instar IV sampai akhir instar V, terdapat 4 perlakuan dalam penelitian ini
yaitu perlakuan kontrol (tanpa glisin), perlakuan 1 (glisin 1%), perlakuan 2 (glisin
1,5%), dan perlakuan 3 (glisin 2%). Glisin yang telah diencerkan, kemudian
disemprotkan pada daun murbei, lalu daun murbei dikeringanginkan. Parameter
pertumbuhan yang diukur pada penelitian ini meliputi berat kokon, panjang kokon,
diameter kokon, dan berat kulit kokon. Parameter perkembangan yang diukur dalam
penelitian ini meliputi shell ratio (%) kokon, lama perkembangan instar IV sampai
instar V, dan mortalitas larva.
Hasil penelitian parameter pertumbuhan menunjukkan rerata berat kokon
paling berat adalah pada konsentrasi glisin 2% sebesar 1,873 g dan rerata paling
ringan pada konsentrasi glisin 1,5% sebesar 1,685 g. Rerata panjang kokon paling
panjang pada konsentrasi glisin 2% sebesar 3,233 cm dan rerata paling pendek pada
konsentrasi glisin 1% sebesar 3,065 cm. Rerata diameter kokon paling lebar pada
konsentrasi glisin 2% sebesar 2,079 cm dan rerata paling rendah pada konsentrasi
glisin 1% sebesar 1,901 cm. Rerata berat kulit kokon paling tinggi adalah pada
konsentrasi glisin 1% sebesar 0,351 g dan rerata paling rendah adalah pada perlakuan
kontrol sebesar 0,324 g. Hasil penelitian parameter perkembangan menunjukkan
rerata shell ratio (%) kokon paling tinggi adalah pada perlakuan kontrol sebesar
21,19% dan rerata paling rendah adalah pada konsentrasi glisin 2% sebesar 20,88%.
Rerata lama perkembangan paling tinggi adalah pada perlakuan kontrol sebesar 13,38
hari dan rerata paling rendah adalah pada konsentrasi glisin 2% dan konsentrasi 1,5%
sebesar 12,20 hari. Rerata mortalitas larva paling tinggi adalah pada perlakuan
kontrol sebesar 6,33% dan rerata paling rendah adalah pada perlakuan glisin 2%
sebesar 2,00%.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: 1) Fortifikasi daun mubei
(Morus multicaulis Raf.) menggunakan glisin berpengaruh secara signifikan terhadap
parameter berat kokon (F=2,965, p=0,035), diameter kokon (F=3,458, p=0,019), dan
lama perkembangan instar IV sampai Instar V (F=3,282, p=0,022). Akan tetapi
berpengaruh secara tidak signifikan pada parameter panjang kokon (F=2,310,
p=0,080) dan berat kulit kokon (F=0,409, p=0,747). Pada parameter shell ratio (%)
kokon tertinggi yaitu pada perlakuan kontrol sebesar 21,190±5,337%. Pada parameter
mortalitas, kematian terendah yaitu terjadi pada konsentrasi glisin 2% sebesar
2,00±3,464%. 2) Konsentrasi glisin yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan Bombyx mori Linn. secara maksimal adalah pada konsentrasi glisin
2%.