dc.description.abstract | Diksi adalah kata yang dipilih dan digunakan oleh redaksi koran Memo Jember
untuk menyampaikan inforamasi/ mengekspresikan peristiwa yang terjadi. Diksi yang
digunakan di dalam koran Memo terutama pada berita utama memiliki makna interpretasi
yang dapat dikategorikan ke dalam kategori konotasi negatif. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor sehingga menjadikan diksi tersebut tidak bermakna leksikal. Faktorfaktor
tersebut dapat berupa akibat perubahan lingkungan, metafora, peyorasi, dan
asosiasi. Diksi-diksi yang diteliti difokuskan pada edisi Januari 2014 untuk menentukan
pembatasan permasalahan yang diteliti. Berdasarkan uraian yang telah disebutkan, maka
rumusan masalah dibatasi pada: (1) kategori diksi berkonotasi negatif pada berita utama
koran Memo Jember, (2) faktor-faktor yang memengaruhi diksi berkonotasi negatif pada
berita utama koran Memo Jember.
Jenis dan rancangan penelitian adalah deskriptif-kualitatif. Data penelitian berupa
diksi yang terdapat di dalam berita utama koran Memo Jember edisi Januari 2014.
Sumber data berupa teks berita yang terdapat pada berita utama koran Memo edisi
Januari 2014 yang meliputi judul dan isi berita. Teknik pengumpul data yang digunakan
yakni dokumentasi yang dianalisis dengan model alir Miles dan Huberman dengan
modifikasi: reduksi data, pengodean, klasifikasi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan.
Diksi berkonotasi negatif yang ditemukan dalam berita utama koran Memo
edisi Januari 2014 memiliki tujuh kategori. Kategori-kategori tersebut antara lain
berdasarkan sifat keras yang dimiliki oleh manusia adalah bengis, berdasarkan
keamatsangatan suatu peristiwa adalah dahsyat, berdasarkan perasaan gemelitik oleh
suatu peristiwa adalah geli, berdasarkan sifat rendah suatu tindakan adalah keji,
berdasarkan ketidakpatutan suatu perbuatan adalah mesum, berdasarkan perasaan
takut terhadap suatu keadaan adalah ngeri, dan berdasarkan kekasaran suatu
vii
perbuatan adalah vulgar. Kategori yang paling dominan digunakan adalah bengis,
geli, dan vulgar dan yang paling sedikit adalah keji, dan mesum (masing-masing
hanya memiliki satu data).
Diksi yang tergolong konotasi negatif karena akibat perubahan lingkunagan
adalah diksi yang mengalami perubahan makna karena digunakan di lingkungan yang
berbeda. Diksi yang tergolong konotasi negatif karena faktor perubahan makna metafora
adalah diksi yang memiliki kesamaan sifat pada makna kata terhadap bidang lain secara
langsung.
Diksi yang tergolong konotasi negatif karena faktor peyorasi adalah diksi yang
maknanya terdapat kesan merendahkan, misal ibu biadap, tidak sewajarnya ibu bersifat
biadap karena ibu adalah sosok yang berkasih sayang. Diksi yang tergolong konotasi
negatif karena faktor asosiasi adalah diksi yang maknanya memiliki kesamaan sifat
secara tidak langsung dengan diksi dalam bidang lain, misal bergoyan, setelah proses
asosiasi bermakna hubungan intim.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh simpulan bahwa diksi berkonotasi
negatif yang ditemukan dalam berita utama koran Memo edisi Januari 2014 memiliki
tujuh kategori, yaitu: bengis, dahsyat, geli, keji, mesum, ngeri, dan vulgar. Hal
tersebut dapat dibuktikan dengan adanya perbedaan unsur makna antara makna kata
yang mengalami perubahan dengan makna leksikalnya. Diksi berkonotasi negatif
yang telah ditemukan dalam berita utama koran Memo disebabkan oleh beberapa
faktor, yaitu: akibat perubahan lingkunagn, metafora, peyorasi, dan asosiasi.
Berdasarkan temuan dalam penelitian ini disarankan dapat memberikan alternatif
pengembangan materi pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya tentang diksi
berkonotasi negatif; memberikan pengetahuan bagi peneliti lain yang sebidang ilmu
tentang diksi berkonotasi negatif dan dapat dijadikan bahan referensi untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya bidang semantik, terutama tentang
makna konotasi negatif dan faktor yang menyebabkan diksi menjadi konotasi negatif. | en_US |