ALASAN AUSTRALIA MEMBERIKAN SUAKA POLITIK KEPADA 42 IMIGRAN ASAL PAPUA INDONESIA TAHUN 2006
Abstract
Alasan Australia memberikan suaka politik kepada 42 imigran asal Papua
Barat; Happy Dinar Anggraini, 090910101042; 2014; 111 halaman; Jurusan Ilmu
Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember.
Penelitian ini membahas tentang kebijakan Pemerintah Australia
memberikan suaka politik kepada 42 imigran gelap dari 43 peminta asal Papua
Indonesia. Permasalahan yang dikaji dari judul tersebut adalah alasan-alasan yang
mendasari Australia membuat keputusan untuk memberikan suaka politik kepada 42
imigran yang berasal dari Papua Barat-Indonesia. Tujuan penulis adalah dapat
membuktikan argument utama tentang alasan Australia memberikan suaka politik
terhadap 42 imigran asal Papua Barat.
Metode penelitian yang dipakai adalah metode analisis data. Data-data
dikumpulkan dengan menggunakan teknik penelitian kepustakaan (Library
Research) berupa data-data sekunder yaitu buku, jurnal, terbitan, internet dan media
elektronik yang valid dan objektif. Kemudian data-data tersebut dianalisa
menggunakan metode deskriptif, yaitu intrepretasi pada data-data sekunder dan
menggambarkan peristiwa-peristiwa dengan bertolak pada kerangka teori.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa alasan Australia memberikan suaka
politik kepada para imigran asal Papua adalah karena Australia yang peduli terhadap
masalah-masalah isu HAM sehingga Pemerintah Australia sangat responsif terhadap
para pencari suaka. Adanya dukungan dari kelompok-kelompok kepentingan di
Australia seperti dukungan dari Green Party dan kelompok gereja di Australia yang
memiliki power dalam pembuatan kebijakan pemberian suaka politik kepada 42
imigran asal Papua Indonesia. Australia juga merasa wajib memberikan suaka politik
kepada para imigran yang meminta suaka karena Australia merupakan salah negara
yang telah menandatangani Konvensi PBB 1951 dan Protokol 1967 tentang status
pengungsi.
Kesimpulan yang diambil dari karya ilmiah ini yaitu penulis menggunakan
pendekatan teori Decision Making Process dari Snyder (Setting Theory) yang
menerangkan sejauh mana aktor utama pembuat kebijakan (negara) mengetahui
pengaruh-pengaruh berbagai elemen dalam setting (lingkungan) baik internal
maupun eksternal terhadap politik luar negerinya. Pemerintah Australia memutuskan
untuk memberikan suaka politik kepada 42 imigran asal Papua Barat karena
dipengaruhi oleh faktor Internal Setting, yaitu perilaku masyarakat domestik yang
terbuka dan menerima baik para pendatang, faktor Social Structure and behaviour
adalah beberapa kelompok kepentingan yang mendukung keputusan Australia dalam
memberikan suaka politik, dan faktor Eksternal Setting yang merupakan faktor luar
yang menjadi pertimbangan dalam pembuatan keputusan. Pelanggaran HAM yang
dialami masyarakat Papua Barat merupakan faktor luar yang mempengaruhi
Australia dalam membuat keputusan.