ANALISA PEWARNA PADA MINUMAN DENGAN MENGGUNAKAN KAMERA DIGITAL
Abstract
Minuman sirup yang beredar di lingkungan sekolah, menjadikan wali murid
resah. 18 propinsi pada tahun 2008 di Indonesia, 10,45 % mengandung rhodamin
B, methanil yellow dan amaranth. Pewarna sintetik apabila digunakan secara
berlebihan dapat menyebabkan toksitas pada tubuh penggunanya, pada anak-anak
dapat berisiko hiperaktif, mual, asma, pusing, pingsan bahkan kanker. Melihat hal
tersebut, pemerintah berupaya untuk mengatasinya dengan diberlakukan undangundang
dan penerjunan BPOM untuk menganalisa dan menguji minuman yang
ada di pasaran. Pewarna dapat dianalisa secara kualitatif maupun kuantitatif,
secara kuantitatif pada umumnya menggunakan metode spektrofotometri visible
dan testtrip. Namun karena kurangnya efisiensi analisa dan sesuai perkembangan
teknologi, telah ditemukan analisa dengan metode object recognition dengan
memanfaatkan kamera sebagai detektor. Sehingga penelitian ini dilakukan untuk
menguji kemampuan kamera sebagai detektor untuk analisa sampel.
Metode object recognition prinsipnya mirip dengan spektrofotomeri
reflektan. Pada spektrofotometri reflektan, benda apabila terkena cahaya memiliki
kemampuan untuk menyerap, meneruskan, menghamburkan atau memantulkan
cahaya. Kamera sebagai detektor akan menangkap cahaya yang tidak diserap oleh
suatu benda yang disimpan dalam memory, hasil foto kemudian dikonversikan ke
dalam digital yaitu dalam bentuk angka mulai dari 0-255. Bernilai 0 jika cahaya
yang ditangkap kamera adalah gelap (hitam) dan 255 jika cahaya terang (putih).
Larutan uji yaitu berupa sirup yang memiliki komposisi gula, asam sitrat
dan pewarna. Pertama, penyiapan larutan asam sitrat, larutan gula dan larutan
pewarna (dalam beberapa konsentrasi), kemudian pembuatan sirup yaitu dengan
cara memanaskan 80 ml larutan gula dalam wadah tertutup dan dalam suhu 60C
(suhu hangat) selama 2 menit, kemudian ditambahkan 10 ml larutan asam sitrat
kemudian dihomogenkan setelah itu dipanaskan kembali selama 2 menit dengan
suhu 60oC. Setelah 2 menit ditambahkan larutan pewarna sebanyak 20 ml dan setelah itu dihomogenkan, kemudian dipanaskan kembali selama 1 menit pada
suhu 60oC, pengambilan objek dilakukan setelah sirup dingin.
Pengambilan gambar dilakukan dalam dua metode, yaitu reflektansi dengan
sudut pengambilan objek terhadap suber cahaya 90o dan transmitansi dengan
sudut pengambilan objek terhadap suber cahaya 180o. Foto yang telah diperoleh
kemudian dikonversikan menggunakan software Matrik, yaitu berupa nilai digital
yang kemudian dianalisa secara metematis, sehingga mendapatkan nilai
absorbans. Nilai absorbans kemudian diplotkan dengan konsentrasi, sehingga
diperoleh nilai regresi. Analisa yang dilakukan peneliti yaitu pada konsentrasi
0,02 g/ml; 0,04 g/ml; 0,06 g/ml dan 0,08 g/ml.
Pada sirup yang menggunakan pewarna hijau yang secara reflektansi
gambar yang dikonversikan berupa gambar penuh dan gambar yang telah
dicropping, pada konversi gambar penuh maupun setelah dicropping, diperoleh
hasil yang sama yaitu grafik yang diperoleh menunjukkan bahwa absorbans merah
memiliki nilai absorbans paling tinggi dibandingkan absorbans biru, sementara
absorbans hijau memiliki nilai paling rendah. Absorbans merah menunjukkan
bahwa pada sirup yang berwarna hijau memiliki kemampuan untuk menyerap
cahaya merah dan absorbans hijau menjukkan bahwa pada sirup memiliki
kemampuan untuk memantulkan cahaya hijau. Sehingga absorbans merah
memiliki nilai yang paling tinggi. Pada sirup yang menggunakan pewarna kuning,
grafik yang diperoleh menunjukkan bahwa absorbans biru memiliki nilai paling
tinggi dibandingkan absorbans hijau, absorbans merah. Absorbans biru
menunjukkan bahwa pada sirup yang berwarna kuning memiliki kemampuan
untuk menyerap cahaya biru dan absorbans hijau dan merah menjukkan bahwa
pada sirup memiliki kemampuan untuk memantulkan cahaya hijau dan merah.
Pada metode RGB, warna kuning merupakan warna sekunder dari warna hijau
dan merah. Sehingga absorbans biru memiliki nilai yang paling tinggi. Konversi
gambar secara penuh dan setelah dicropping diperoleh hasil yang sama, yang
membedakan adalah besarnya nilai absorbans. Nilai absorbans pada gambar
cropping bagian atas, memiliki nilai yang paling besar dibandingkan gambar yang
dicropping pada bagian tengah maupun bawah. Nilai absorbans memiliki