KANDUNGAN PROTEIN TERLARUT DAGING IKAN PATIN (Pangasius djambal) AKIBAT VARIASI PAKANTAMBAHAN
Abstract
Indonesia kaya akan potensi ikan, baik perikanan tangkap maupun budidaya.
Salah satu ikan yang dibudidaya adalah ikan patin. Peningkatan hasil budidaya ikan
patin diharapkan menjadi alternatif sumber protein hewani. Menurut Hustiany (2005),
kandungan protein daging ikan patin sebesar 10,76%. Kandungan protein pada ikan
bervariasi, salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah pakan. Azolla pinnata dan
probiotik dapat dijadikan sebagai suplemen pakan ikan. Menurut Cho et al (1982), A.
pinnata memiliki kadar protein sebesar 24-30% sehingga dapat digunakan sebagai
alternatif pakan ikan, sedangkan probiotik dapat membuat pencernaan ikan lebih baik
serta mampu meningkatkan pertumbuhan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini
dilakukan investigasi mengenai kandungan protein pada ikan patin yang diberi tiga
macam perlakuan dengan pakan yang berbeda-beda. Tujuan dari penelitian ini yaitu
untuk (1) mengetahui pengaruh pakan tambahan probiotik dan A. pinnata terhadap
kadar protein terlarut dalam daging ikan patin dan (2) mengetahui jenis protein
terlarut yang terdapat dalam daging ikan patin berdasarkan berat molekulnya dengan
pakan tambahan probiotik dan A. pinnata.
Penelitian ini diawali dengan tahap pemeliharaan ikan yang diberi tiga variasi
pakan. Kolam pertama, ikan diberi pakan pelet saja (kontrol) sebanyak 300 gram,
kolam kedua ikan diberi pakan pelet yang ditambah suplemen probiotik dan kolam
ketiga ikan diberi pakan pelet dan A. pinnata dengan perbandingan 3:1. Masingmasing
kolam berisi 500 ekor ikan. Tehnik pengambilan sampel dilakukan secara
acak, yaitu dengan mengambil 5% dari jumlah populasi (25 ekor). Setelah itu, ikan
difillet dan dipersiapkan untuk proses ekstraksi protein. Ekstraksi protein yang dilakukan ada dua macam, yaitu protein larut air dan larut dalam larutan garam 4%.
Setelah itu ekstrak diisolasi dengan menggunakan kolom kromatografi filtrasi gel
sephadex G-25. 2 mL ekstrak dimasukkan ke dalam kolom. Penampungan fraksi
dilakukan setiap 5 mL sejak ekstrak dielusi oleh eluen sampai sampel tidak
menunjukkan serapan ketika diukur kadar proteinnya dengan metode Bradford.
Masing-masing fraksi diukur kadar proteinnya dengan metode Bradford. Isolat yang
dihasilkan dianalisa jenis proteinnya berdasarkan berat molekul dengan menggunakan
metode SDS-PAGE.
Berdasarkan data hasil penelitian, kandungan protein daging ikan larut air
yang diberi pakan pelet dengan suplemen probiotik memiliki kadar tertinggi yaitu
sebesar 3,404 gram, dan ikan yang diberi pakan pelet saja (kontrol) memiliki kadar
sebesar 2,680 gram sedangkan ikan yang diberi pakan pelet dan pakan tambahan A.
pinnata memiliki kadar protein sebesar 1,704 gram. Untuk kadar protein daging ikan
larut dalam larutan garam 4% tertinggi pada ikan yang diberi pakan pelet dengan
suplemen probiotik yaitu sebesar 2,605 gram. Ikan yang diberi pakan pelet saja
(kontrol) memiliki kadar sebesar 2,192 gram sedangkan ikan yang diberi pakan pelet
dan pakan tambahan A. pinnata memiliki kadar protein sebesar 2,117 gram. Setelah
diukur kadarnya, dilakukan analisa jenis protein dengan menggunakan metode SDSPAGE.
Berdasarkan elektroforegram, untuk jenis protein larut air, ikan yang diberi
pakan pelet saja (kontrol) memiliki 8 jenis protein dengan kisaran 39,29-124,38 kDa,
12 jenis protein dengan kisaran 15,03-133,05 kDa pada ikan yang diberi pakan pelet
dengan suplemen probiotik, dan ikan yang diberi pakan tambahan Azolla pinnata
memiliki 10 jenis protein dengan kisaran 32,10-79,42 kDa. Untuk jenis protein larut
dalam larutan garam 4%, ikan yang diberi pakan pelet saja (kontrol) memiliki 8 jenis
dengan kisaran 24,15-127,61 kDa, ikan yang diberi pakan pelet dengan suplemen
probiotik memiliki 11 jenis dengan kisaran 17,25-129,47 kDa, dan 18 jenis protein
dengan kisaran 13,36-119,55 kDa yang terkandung pada ikan yang diberi pakan
tambahan Azolla pinnata.