HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI SEBELUM DILAKUKAN TINDAKAN INVASIF DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN RAWAT INAP DI RSU dr. H. KOESNADI KABUPATEN BONDOWOSO
Abstract
Pasien yang masuk rumah sakit sering mengalami kecemasan dari tingkat
ringan sampai berat. Pasien sering bertanya tidak tahu tempat pelayanan dan
prosedur tindakan yang akan dilaksanakan, sebaliknya pasien yang mendapat
penjelasan menunjukkan respon yang positif. Penyebab dari kecemasan
diperkirakan karena perawat belum melaksanakan tugasnya secara optimal.
Perasaan cemas seringkali berhubungan dengan kekurangan informasi tentang
prosedur tindakan pengobatan dan perawatan, ketidaktahuan aturan dan kebijakan
Rumah Sakit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
pemberian informasi tindakan invasif dengan tingkat kecemasan pasien rawat inap
di RSU Dr. H. Koesnadi Kabupaten Bondowoso.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan metode
observational analitik dan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini
sebanyak 126 responden dengan sampel yang terdiri dari 63 responden. Teknik
pemilihan sampel yang digunakan adalah consecuitive sampling. Penelitian
dilakukan di ruang rawat inap RSU dr. H. Koesnadi Bondowoso, menggunakan
kuesioner sebagai alat pengumpul data, sehingga data yang diperoleh adalah data
primer. Uji validitas dan reliabilitas menggunakan Pearson Product Moment dan
uji Alpha Cronbach.
Hubungan pemberian informasi sebelum dilakukan tindakan invasif dengan
tingkat kecemasan pasien rawat inap di RSU dr. H. Koesnadi Kabupaten
Bondowoso, dianalisis dengan uji spearman dan didapatkan nilai p=0,074 >
α=0,05 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
ix
hubungan pemberian informasi sebelum dilakukan tindakan invasif dengan
tingkat kecemasan pasien rawat inap.
Penelitian ini di harapkan dapat memberi masukan kepada rumah sakit untuk
tetap memperhatikan tugas perawat dalam menjalankan fungsi dan perannya
secara holistik sehingga respon kecemasan pasien dapat ditangani. Misalnya isi
dari informed consent yang diberikan kepada pasien tidak hanya menjelaskan
manfaat dan tujuan saja namun dapat juga ditambahkan mengenai hasil yang
diharapkan dari tindakan, perlengkapan yang dibutuhkan, lamanya prosedur,
sensasi yang terjadi selama prosedur dan cara perawatan alat setelah terpasang.
Dan tetap memperhatikan komunikasi terapuetik perawat kepada pasien seperti
tidak hanya menggunakan bahasa verbal namun jugan menggunakan bahasa non
verbal yang baik ketika berkomunikasi dengan pasien. Selain itu melihat dari
angka kecemasan pasien yang banyak berada pada tingkat sedang dan berat maka
dibutuhkan untuk perawat jiwa untuk membantu menangani dan menurunkan
kecemasan pasien.
Collections
- UT-Faculty of Nursing [1529]