KEKUATAN DAN MODULUS BENDING BAHAN KOMPOSIT RAMAH LINGKUNGAN BERPENGUAT SERAT AMPAS TEBU DENGAN MATRIKS ASAM POLILAKTAT
Abstract
Kekuatan dan Modulus Bending Bahan Komposit Ramah Lingkungan
Berpenguat Serat Ampas Tebu dengan Matriks Asam Polilaktat; Noviana
Wulantika, 091810201020; 2014: 45 halaman; jurusan Fisika Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember.
Bahan komposit adalah gabungan dari dua atau lebih bahan makroskopik
yang tidak larut satu sama lain dengan unsur penyusunnya terdiri dari penguat dan
matriks. Bahan komposit dengan memanfaatkan serat alam telah digunakan sejak
ribuan tahun yang lalu. Pada perkembangan selanjutnya komposit berpenguat serat
alam mulai banyak ditinggalkan dan beralih pada bahan komposit berpenguat serat
sintetis. Namun karena penggunaan bahan sintetis memberikan dampak dan masalah
yang cukup serius dalam pembuangan limbahnya maka dilakukan berbagai upaya
untuk menciptakan bahan komposit ramah lingkungan. Bahan komposit ramah
lingkungan dibuat dari komposit serat alam dan biodegradable resin. Dalam
penelitian ini digunakan serat ampas tebu dengan matriks asam polilaktat, asam
polilaktat merupakan biopolimer yang dapat diperbaharui karena bahan bakunya
berasal dari fermentasi dengan bahan baku gula, jagung dan lain sebagainya. Selain
itu asam polilaktat memiliki sifat mudah dibentuk, tidak tembus sinar UV, dan hasil
degradasi merupakan senyawa sederhana dan tidak beracun. Penelitian bahan
komposit ramah lingkungan berpenguat serat ampas tebu dengan matriks asam
polilaktat bertujuan untuk: (1) mengetahui kekuatan bending dan modulus bending
bahan komposit (2) mengetahui pengaruh orientasi arah serat searah dan acak
terhadap kekuatan bending dan modulus bending dari bahan komposit (3) mengetahui
kemampuan biodegradasi bahan komposit.
Bahan komposit pada penelitian ini disintesis berdasarkan perbedaan orientasi
arah serat. Adapun orientasi arah serat yang digunakan adalah orientasi arah serat
searah dan orientasi arah serat acak dengan persentase serat ampas tebu 20%, 40%
viii
dan 60% dari total massa keseluruhan bahan komposit hasil sintesis. Panjang serat
yang digunakan untuk bahan komposit dengan orientasi arah serat searah adalah 10
cm, sedangkan untuk bahan komposit dengan orientasi arah serat acak adalah 1 cm.
Dimensi bahan komposit yang digunakan 10,0 cm x 1,0 cm x 0,5 cm. Bahan
komposit hasil sintesis akan dilakukan tiga buah pengujian yaitu pengujian bending,
pengujian morfologi, dan pengujian biodegradasi.
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, besar kekuatan bending
dengan orientasi arah serat searah yang diperoleh pada fraksi massa 20%, 40%, dan
60% berturut-turut sebesar (6,96±1,43) MPa, (10,70±1,62) MPa, dan (17,84±2,62)
Mpa, sedangkan besar nilai modulus bendingnya berturut-turut sebesar (0,41±0,08)
MPa, (0,36±0,06) MPa, dan (0,91±0,13) MPa. Besar kekuatan bending dengan
orientasi arah serat acak yang diperoleh pada fraksi massa 20%, 40%, dan 60%
berturut-turut sebesar (4,16±1,67) MPa, (10,06±1,62) MPa, dan (7,98±0,13) MPa,
sedangkan besar nilai modulus bendingnya berturut-turut sebesar (0,90±0,20) MPa,
(0,60±0,13) MPa, dan (0,25±0,03) MPa. Karakterisasi kemampuan biodegradasi
dilakukan dengan cara menimbang massa bahan sebelum dan setelah dilakukan uji
biodegradasi. Derajat degradasi yang diperoleh setelah penguburan selama enam
minggu pada orientasi arah serat searah dengan fraksi massa 20%, 40%, dan 60%
berturut-turut (35,08 ± 6,38)%, (37,90 ± 0,34)%, dan (41,94 ± 1,41)%, sedangkan
pada orientasi arah serat acak dengan fraksi massa 20%, 40%, dan 60% berturut-turut
(30,24 ± 5,97)%, dan (33,47 ± 2,95)%, (43,55 ± 0,71)%. Kemampuan biodegradasi
bahan komposit orientasi arah serat acak lebih besar dibandingkan dengan bahan
komposit orientasi arah serat searah, selain pengaruh dari orientasi arah serat,
penambahan fraksi massa serat dan lamanya penguburan juga menyebabkan
kemampuan biodegradasi semakin besar. Struktur morfologi bahan komposit juga
mengalami perubahan warna semakin gelap dan muncul semakin banyak void pada
setiap minggunya. Derajat degradasi tertinggi terdapat pada orientasi arah serat acak
dengan fraksi massa serat 60%.