IDENTIFIKASI TINGKAT KETERAMPILAN METAKOGNITIF SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN DATAR SEGI EMPAT
Abstract
Identifikasi Tingkat Keterampilan Metakognitif Siswa dalam Menyelesaikan
Soal Cerita Matematika pada Materi Bangun Datar Segi Empat; Wenny
Pangestuti, 090210101095; 2014, 97 halaman; Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Jember.
Metakognisi berperan sebagai pengatur dan pengontrol proses-proses kognitif
siswa dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, terrmasuk masalah matematika.
Keterampilan metakognitif adalah komponen pelaksana berupa kumpulan aktivitas
yang digunakan oleh individu untuk mengontrol kognisi mereka, yang terdiri atas
perencanaan, pemantauan, dan penilaian. Tingkat keterampilan metakognitif siswa
menurut Swartz dan Perkins meliputi tacit use (penggunaan pemikiran tanpa sadar),
aware use (penggunaan pemikiran dengan sadar), strategic use (penggunaan
pemikiran dengan strategis), dan reflective use (penggunaan pemikiran dengan
mendalam). Masalah berkaitan bangun datar segi empat adalah salah satu masalah
matematika yang banyak yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan
penelitian ini adalah mendeskripsikan tingkat keterampilan metakognitif siswa dalam
menyelesaikan soal cerita matematika pada materi bangun datar segi empat.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif-kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan di
SMP Negeri 11 Jember pada tahun ajaran 2013/2014, dengan subjek penelitian
adalah siswa kelas VII-A, yang dikelompokkan berdasarkan tingkat kemampuan
matematikanya melalui tes tulis yang telah divalidasi isi dan konstruk oleh validator
ahli. Pada mulanya dari setiap kelompok diambil 2 siswa sebagai subjek untuk
diwawancarai. Namun, pada pelaksanaannya dari setiap kelompok diambil 1 siswa
sebagai subjek wawancara secara purposive, yaitu dengan pertimbangan dari uraian
jawaban siswa yang lebih jelas dan lengkap di antara siswa lainnya pada setiap
kelompok. Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah metode tes dan metode
viii
wawancara. Analisis data yang digunakan adalah penentuan tingkat kemampuan
siswa berdasarkan distribusi nilai tes tulis siswa dan analisis data Model Miles dan
Huberman, yang terdiri dari data reduction berupa kegiatan mentranskrispsi hasil
wawancara; data display berupa menyajikan data dalam bentuk uraian (deskripsi)
mengenai keterampilan metakognitif dari masing-masing subjek lalu dilakukan
triangulasi metode untuk menguji kredibilitas data; dan conclusion drawing/
verification, yaitu mengidentifikasi tingkat keterampilan metakognitif siswa dalam
menyelesaikan soal cerita matematika pada materi bangun datar segi empat.
Dari hasil tes tulis diperoleh rata-rata nilai siswa sebesar 34,11 dengan nilai
tertinggi sebesar 47 dan nilai terendah sebesar 16 sehingga penentuan tingkat
kemampuan siswa menggunakan standar deviasi. Dari penentuan tersebut diperoleh 5
siswa kelompok atas, 23 siswa kelompok sedang, dan 9 siswa kelompok bawah.
Dari perbandingan data hasil tes tulis dan hasil wawancara serta kesesuaian
dengan indikator tingkat keterampilan metakognitif diperoleh:
(1) Tingkat keterampilan metakognitif siswa kelompok atas adalah strategic use,
artinya siswa memahami masalah bangun segi empat dengan baik; siswa dapat
memilih konsep penyelesaian dan melakukan cara hitung yang tepat untuk
menyelesaikan masalah tersebut; tetapi beberapa siswa menunjukkan kurangnya
ketelitian dan keyakinan terhadap hasil yang diperoleh.
(2) Tingkat keterampilan metakognitif siswa kelompok sedang adalah aware use,
artinya siswa memahami masalah bangun segi empat dengan baik; siswa
menyadari dan mampu menjelaskan langkah-langkah yang digunakan untuk
menyelesaikan masalah tersebut, sekalipun langkah yang digunakan belum tentu
sudah tepat dan hasil yang diperoleh tidak ia yakini kebenarannya.
(3) Tingkat keterampilan metakognitif siswa kelompok bawah adalah tacit use,
artinya siswa tidak memahami masalah bangun segi empat dengan lengkap;
siswa cenderung menggunakan cara coba-coba atau asal-asalan untuk
menyelesiakan masalah tersebut; dan siswa tidak menyadari langkah-langkah
yang dilakukan dan hasil yang diperoleh kurang tepat.